Rabu, 15 Agustus 2012

Tangan Isa

Mereka semua gusar. Tuan
rumah, tetamu dan seluruh
penghuni rumah itu yang
umumnya kaum fakir
miskin dan nestapa.
Pasalnya, tuan rumah
kehilangan uangnya dalam
rumahnya. Tentu saja sang
tamu, seorang ibu dan anak
lelakinya, yang paling gusar
di antara mereka. Karena
kejadiannya bertepatan
dengan kedatangan mereka. Pantaslah kalau
kecurigaan gampang tertuju pada mereka. Dan anak
lelaki kecil itu menangkap kegusaran yang hebat di
wajah ibunya, selain kegusaran di wajah tuan rumah
dan segenap penghuni rumah lainnya. Ia pun segera
bertindak.
Diantara para penghuni itu ada seorang lelaki buta
dan seorang lelaki lumpuh. Tiba-tiba anak kecil itu
mendatangi mereka berdua dan berkata kepada si
buta: “Ambil tangan sahabatmu yang lumpuh itu.
Lalu bawa dia ke tempat kalian mengambil uang itu.”
Si buta terhenyak lalu menjawab: “Aku tidak bisa
melihat dan sahabatku tidak bisa bergerak.” Tapi anak
kecil itu terus mendesak mereka dan berkata: “Kamu
pasti bisa. Sebab tadi kalian berdua yang mengambil
uang itu.” Akhirnya si buta dan si lumpuh mengakui
perbuatan mereka dan segera mengembalikan uang
itu.
Semua terkesima menyaksikan keajaiban anak itu.
Tapi mereka lebih terkesima lagi ketika di lain
kesempatan tuan rumah menghadapi masalah yang
bisa sangat mempermalukannya. Ketika hendak
mengadakan pesta makan malam, tiba-tiba semua
botol anggurnya kosong. Ia panik dan semua keluarga
panik. Akan kecil itu menyaksikan kepanikan mereka.
Ia pun datang memegang botol-botol itu. Dan
seketika botol-botol itu terisi kembali. Bukan dengan
anggur. Tapi dengan minuman lain yang lebih segar
yang tidak mereka rasakan sebelumnya.
Itulah Isa putera Maryam. Itulah ia di masa kecilnya
yang diceritakan dengan indah oleh Ibnu Katsir
dalam Al Bidayah Wan Nihayah. Selalu menjadi
solusi. Selalu hadir menyelesaikan masalah. Selalu
mengurai kerumitan. Selalu menenangkan kepanikan.
Selalu datang membawa kelapangan di tengah
kesempitan. Selalu meniupkan harapan di tengah
keputusasaan. Sejak kecil hingga kelak menjadi nabi
dan rasul dimana sentuhan tangannya
menyembuhkan orang sakit, membuka mata orang
buta, memperjalankan orang lumpuh,
menghilangkan kusta hingga menghidupkan orang
mati.
Ia disebut Al-Masih, yang salah satu maknanya
adalah pengasih dan penyayang. Mukjizatnya ada
pada sentuhan tangannya. Dan sentuhan tangannya
adalah sentuhan kasih yang menyelesaikan masalah.
Sentuhan tangannya adalah solusi. Sentuhan
tangannya adalah mukjizat; pengetahuan di atas
pengetahuan yang bersumber dari Allah SWT.
Sentuhan tangannya adalah kebalikan dari tongkat
Musa yang merupakan simbol hard power . Sentuhan
tangannya adalah simbol dari soft power. Namun
keduanya menjalankan fungsi yang sama: persuasi
untuk meyakinkan orang kepada hakikat keimanan.
Fungsi persuasi dengan menggunakan hard power
dan soft power itu dilakukan di tengah masyarakat
manusia yang kemampuan pembelajarannya
terutama bertumpu pada dimensi visual. Mereka
tidak bisa menalar. Mereka hanya bisa mengindera.
Mereka terpengaruh oleh apa yang mereka lihat,
bukan oleh apa yang mereka pikirkan. Tapi yang pasti
mereka harus mengungguli kaumnya. Pengetahuan
mereka harus ada di atas pengetahuan kaum
mereka.
Kalau Musa mengubah dengan kemenangan yang
keras, maka Isa mengubah dengan solusi. Tapi
kemenangan Musa dan solusi Isa sama-sama
membawa satu pesan: bahwa perubahan itu adalah
fungsi pengetahuan. [ Anis Matta, sumber : Serial
Pembelajaran Majalah Tarbawi edisi 222]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar