Selasa, 14 Agustus 2012

Inilah Wahabi sesungguhnya

pada tahun 851H ,sekumpulan pria dari Bani Al Masaleekh, yaitu trah dari Kaum Anza,yang membentuk sebuah
kelompok dagang (korporasi) yang bergerak di bidang
bisnis gandum dan jagung dan bahan makananan
lain dari Irak dan membawanya kembali ke Najd.
Direktur korporasi ini bernama Sahmi bin Hathlool.
Kelompok dagang ini melakukan aktifitas bisnis
mereka sampai ke Basra, di sana mereka berjumpa
dengan seorang pedagang gandum bernama
Mordakhai bin Ibrahim bin Moshe, seorang Yahudi.
Ketika sedang terjadi proses tawar menawar,
yahudi itu bertanya kepada mereka “Dari Anda
berasal?” Mereka menjawab”Dari Kaum Anza, kami
adalah keluarga Bani Al-Masaleekh. ”Setelah
mendengar nama itu , yahudi itu menjadi gembira
dan juga mengakui dia berasal dari kaum keluarga
yang sama,tetapi terpaksa tinggal di Basra, Irak.
Karena persengketaan keluarga antara bapaknya dan
ahli keluarga kaum Anza.
Dia kemudian menyuruh budaknya untuk
menaikkan keranjang-keranjang berisi gandum,
kurma dan makanan lain ke atas pundak unta-unta
milik kabilah itu. Hal ini adalah sebuah ungkapan
penghormatan bagi para saudagar Bani Al Masaleekh
itu, dan menunjukkan kegembiraan mereka karena
berjumpa saudara tuanya di Irak. Mereka adalah
sumber pendapatan, relasi bisnis baginya (Yahudi).
Mereka adalah para saudagar kaya raya yang
sejatinya adalah keturunan Yahudi yang
bersembunyikan di balik roman muka Arab dari
kabilah Al-Masaleekh.
Apabila rombongan itu hendak bertolak ke
Najd, para saudagar Yahudi tersebut meminta izin
mereka untuk menemani mereka ,kerana dia ingin
pergi bersama mereka ke tanah asal mereka Najd.
Setelah mendengar tawaran lelaki Yahudi itu,mereka
amat berbesar hati dan menyambut mereka dengan
gembira.
Akhirnya,Yahudi yang sedang taqiyyah alias
nyamar itu tiba di Najd dengan pedati-pedatinya. Di
Najd, dia mulai melancarkan aksi propaganda
tentang sejatinya siapa dirinya melalui sahabat-
sahabat, kolega dagang dan saudara sepupunya yang
keturunan Bani Al-Masaleekh tadi. Setelah itu,
berkumpullah para pendukung dan penduduk Najd.
Tetapi tanpa disangka, dia berhadapan seorang
ulama yang menentang doktrin dan fahamnya.
Dialah Syekh Saleh Salman Abdullah Al-Tamimi,
seorang ulama kharimatik dari distrik Al-Qaseem.
Daerah-daerah yang menjadi lokasi
disseminasi dakwahnya sepanjang distrik Najd,
Yaman, dan Hijaz. Karena suatu alasan, Yahudi itu
(yang menurunkan Keluarga Saud itu) berpindah dari
Al Qaseem ke Al Ihsa. Di sana, dia merubah namanya
dari Mordakhai menjadi Markhan bin Ibrahim Musa.
Kemudian dia pindah dan menitip di sebuah tempat
bernama Dir’iya yang berdekatan dengan Al-Qateef.
Di sana, dia memaklumatkan propaganda dustanya,
bahwa pedang Nabi Saw. telah direbut sebagai
barang rampasan oleh seorang pagan (musyrikin)
pada waktu Perang Uhud antara Arab Musyrikin dan
Kaum Muslimin.
Katanya “Pedang itu telah dijual oleh arab
musyrikin kepada kabilah kaum yahudi bernama
Banu Qunaiqa’yang menyimpannya sebagai harta
karun. Selanjutnya dia mengukuhkan lagi posisinya di
kalangan Arab Badwi melalui cerita-cerita dusta yang
menyatakan bagaimana Kaum Yahudi di Tanah Arab
sangat berpengaruh dan berhak mendapatkan
penghormatan tinggi Akhirnya, dia diberi suatu
rumah untuk menetap di Dlir’iyya, yang berdekatan
AL- QATEEF. Di daerah ini ingin dia jadikan sebagai
pusat Teluk Persia. Dia kemudian mendapatkan ide
untuk menjadikannya sebagai batu loncatan untuk
mendirikan kerajaan Yahudi di tanah Arab.
Untuk memuluskan cita-citanya itu, dia
mendekati kaum Arab Badwi untuk memantapkan
lagi posisinya,kemudian secara perlahan, dia
mensohorkan dirinya sebagai raja kepada mereka.
Kabilah Ajaman dan Kabilah Bani Khaled, yang
merupakan penduduk asli Dlir’iyya menjadi risau
akan sepak terjang dan rencana busuk keturunan
Yahudi itu. Mereka berencana menantang untuk
berdebat dan bahkan ingin mengakhiri hidupnya.
Mereka menangkap saudagar yahudi itu dan
menawannya, namun dia berhasil meloloskan diri.
Saudagar keturunan Yahudi dari Keluarga Mordakhai
itu mencari suaka di sebuah ladang bernama Al-
Malibeed Gushaiba yang berdekatan dengan Al Arid,
sekarang bernama Riyadh.
Dia meminta suaka kepada pemilik ladang
tersebut agar menyembunyikan dan
melindunginya.Tuan ladang itu sangat simpati lalu
memberikannya tempat untuk berlindung.Tetapi
kemudiannya yahudi itu (Mordakhai) ,hanya tinggal
selama sebulan di rumah itu, setelah yahudi itu
membantai habis si tuan ladang dan keluarganya.
Sungguh bengis, air susu dibalas dengan air aki
campur tuba!!. Mordakhai memang pandai beralibi,
dia katakan bahwa mereka semua telah dibunuh oleh
pencuri yang menggarong rumahnya. Dia juga
berpura-pura bahwa dia telah membeli ladang
tersebut dari tuan tanah sebelum katastropi
pembantaian tersebut datang kepada mereka! Setelah
merampas tanah tersebut,dia menamakannya Al-
Dlir’iyya, sebuah nama yang sama dengan tempat
yang pernah dimilikinya.
Keturunan Yahudi bernama Mordakhai itu
dengan cepat mendirikan sebuah markas dan ajang
rendezvous bernama “Madaffa” di atas tanah yang
dirampasnya itu. Di markas ini dia mengumpulkan
para pendekar dan jawara propaganda (kaum
munafik) yang selanjutnya mereka menjadi ujung
tombak propaganda dustanya. Mereka mengatakan
bahwa Mordakhai adalah Syekh-nya orang-orang
keturunan Arab yang disegani.Dia menabuh
genderang perang terhadap Syeikh Saleh Salman
Abdulla Al-tamimi, musuh tradisinya. Akhirnya,
Syeikh Saleh Salman terbunuh di tangan anak buah
Mordakhai di Masjid Al-Zalafi.
Mordakhai berhasil dan puas hati dengan
aksi-aksinya. Dia berhasil menjadikan Dlir’iyya sebagai
pusat kekuasaannya. Di tempat ini, dia mengamalkan
poligami, mengawini puluhan gadis, melahirkan
banyak anak yang kemudian dia beri nama dengan
nama-nama Arab.
Walhasil, kaum kerabatnya semakin
bertambah dan berhasil menghegemoni darah
Dlir’iyya di bawah Bendera Dinasti Saud. Mereka
acapkali melakukan tindak kriminal , menggalang
beragam konspirasi untuk menguasai semenanjung
Arab. Mereka melakukan aksi perampasan dan
penggarongan tanah dan lading penduduk setempat,
membunuh setiap orang yang mencoba menentang
rencana jahat mereka . Dengan beragam cara dan
muslihat mereka melancarkan aksi mereka.
Memberikan suap, memberikan iming-iming wanita
dan gratifikasi uang kepada para pejabat berpengaruh
di kawasan itu. Bahkan, mereka “menutup mulut”dan
“membelenggu tangan” para sejarawan yang
mencoba menyingkap sejarah hitam dan merunut
asal garis trah keturunan mereka kepada kabilah
Rabi’a, Anza dan Al-Masaleekh.
Seorang sejarawan hipokrit “si raja bohong”
bernama Mohammad Amin al-Tamimi, kepala
perpustakaan Kerajaan Saudi, menulis garis silsilah
keluarga Saudi dan menghubungkan silsilah
Moordakhai pada Nabi Muhammad Saw. Untuk kerja
kotornya itu, dia dihadiahi uang sebesar 35 ribu
pound Mesir dari Kedutaan Arab Saudi di Kairo, Mesir
pada tahun 1362 H atau 1943 M yang diserahkan
secar simbolis kepada dubes Arab Saudi untuk Mesir,
yang waktu itu dijabat oleh Ibrahim Al-Fadel.
Seperti yang telah disebutkan sebelum ini,
keluarga Yahudi berasal dari Klan Saud (Moordakhai)
mengamalkan ajaran poligami dengan mengawini
ratusan wanita arab dan melahirkan banyak anak.
Hingga sekarang amalan poligami itu diteruskan
praktiknya oleh anak keturunan. Poligami adalah
warisan yang harus dijaga dan diamalkan
sebagaimana praktik kakek moyangnya!
Salah seorang anak Mordakhai bernama Al-
Maqaran ,di ‘arabkan’ dari keturunan Yahudi (Mack-
Ren) dan mendapat anak bernama Mohamad dan
seorang lagi bernama Saud, yang merupakan cikal
bakal Dinasti Saud sekarang ini. Keturunan Saud
melancarkan kampanye dan propaganda
pembunuhan terhadap ketua-ketua kabilah Arab yang
berada di bawah kekuasaannya dan mencap mereka
sesat, telah meninggalkan ajaran Al-Qur;an, dan
menyeleweng dari ajaran Islam. JADI MEREKA
BERHAK UNTUK DIBUNUH OLEH KELUARGA SAUDI !!
Dalam sebuah buku tentang sejarah
Keluarga Saudi hal. 98-101, ahli sejarah keluarga
mereka telah mempopulerkan bahawa Dinasti Saud
mendakwa semua penduduk Najd adalah kafir, maka
darah mereka adalah halal, mereka berhak dibantai,
harta mereka dirampas, wanita mereka dijadikan
budak seks. Seseorang muslim tidak benar benar
Muslim jika tidak mengamalkan ajaran yang berasal
dari MOHAMMAD BIN ABDUL WAHAB (seorang
Yahudi yang berasal dari Turki).
Ajaran dan doktrinnya memberikan kuasa
kepada Keluarga Saudi untuk membumihanguskan
kampong-kampung mereka. Mereka membunuh para
suami dan anak-anak, merampas para istri, menikam
perut wanita hamil, memotong tangan anak mereka
dan kemudian membakar mereka!! Ditambah
justifikasi doktrin faham wahabi bagi mereka untuk
seenak pusernya sendiri membajak dan merampas
harta penentang mereka.
Keluarga Yahudi ini telah melakukan banyak
kezaliman dibawah panji ajaran Wahabi yang dicipta
oleh Mordakhai untuk menyemai benih kekejaman di
hati manusia. Dinasti Yahudi telah melakukan aksi
kebiadaban sejak 1163 H . Sampai-sampai mereka
telah menamakan semenanjung tanah Arab dengan
nama keluarga mereka (Arab Saudi) sebagai sebuah
negara kepunyaan mereka ,dan semua penduduk
Arab adalah hamba mereka, bekerja keras untuk
kemewahan mereka (Keluarga Saudi).
Mereka telah menghakmilikkan semua
kekayaan negara tersebut sebagai harta pribadi. Jika
ada yang berani mengkritik undang-undang dan
peraturan buatan “rezim tangan besi” Dinasti Yahudi
tersebut, pihak penguasa tak segan-segan
memenggal kepala pengkritik di depan khalayak.
Disebutkan bahwa salah seorang puteri mereka
melewati masa liburnya dengan plesiran ke Florida,
Amerika Serikat bersama para pembantu dan
penasihatnya. Dia menyewa 90 kamar mewah (suite)
di Grand Hotel dengan tariff satu juta dolar per
malam!!! Rakyat yang mencoba bersuara memprotes
lawatan sang puteri yang jelas-jelas menghamburkan
uang Negara akan di tembak mati dan dipenggal
kepalanya!!
Beberapa kesaksian bahwa Keluarga Saud
merupakan keturunan Yahudi:
Pada tahun 1960,”Sawt Al Arab sebuah
stasiun TV di Kairo, Mesir dan satu stasiun TV Yaman
di Sana`a telah mempublikasikan bahwa Keluarga
Saudi adalah keturunan Yahudi.
Raja Faisal Al-Saud pada masa itu tidak
dapat menafikan bahwa keluarganya sangat berbaik
hati kepada Yahudi. Bahkan di Koran Washington
Post, tanggal 17 September 1969 dia menyatakan
bahwa “Kami Keluarga Saud adalah saudara Yahudi.
Kami tidak setuju dan menentang siapa saja dan para
penguasa di Semenanjung Arab ini yang
menunjukkan pertentangan terhadap Yahudi. Kita
mestilah hidup bersama mereka dengan kasih
sayang. Negara kami (Arab Saudi) juga merupakan
cikal bakal dari keturunan Yahudi dan keturunannya
telah tersebar ke seluruh dunia. Ini merupakan
deklarasi Raja Faisal Al-Saud bin Abdul Aziz.
Hafez Wahbi, seorang anggota dewan
penasihat Kerajaan Saudi menyatakan dalam bukunya
yang bertajuk “Semenanjung Tanah Arab” bahwa Raja
Abdul Aziz Al-Saud sebelum meninggal pada tahun
1953 telah menyatakan bahwa ”Ajaran kami(paham
wahabi) mendapat tentangan dari seluruh kabilah
Arab. Kakek kami Saud Awal, telah memenjarakan
ketua kabilah Matheer. Apabila datang ketua kabilah
lainnya yang berkeinginan membebasakan ketua
kabilah Matheer, Raja Saud Awal memerintahkan
supaya para tentaranya memenggal kepala mereka.
Bahkan Raja Saud Awal mencoba memalukan mereka
dengan menjemput mereka untuk diundang makan
dari tempat duduk yang dibuat dari daging mangsa
yang telah dipenggal, dimana kepala-kepala mereka
diletakkan diatas pinggan makanan. Rombongan
tersebut menjadi sadar dan enggan memakan
danging saudara mereka, kemudian dia
memerintahkan para tentara untuk memenggal
kepala rombongan itu juga. Tindak pidana yang
sungguh bengis dan tak manusiawi ini dilakukan oleh
Raja Saud Awal terhadap manusia-manusia tak
berdosa hanya karena mereka menentang kebijakan
despotisnya.
Hafez Wahbi menyatakan lebih jelas lagi
bahwa Raja Abdul Aziz Al-Saud termasuk salah satu
orang yang harus bertanggung jawab dan berkaitan
erat dengan drama pembantaian ketua-ketua Kabilah
Matheer yang bermaksud menjenguk Faisal Al-
Darweesh, salah satu tahanan Raja Saud. Dia
menyeru agar warga dari Kabilah Matheer lainnya
mengurungkan maksudnya untuk membebaskan
pemimpin mereka, jika mereka bersikukuh mereka
akan bernasib sama seperti pemimpinnya, yakni
kepala mereka akan dipenggal.
Dia telah membunuh Syekh tersebut dan
menggunakan darahnya untuk berwudu` sebelum
menunaikan shalat. Kesalahan Faisal Al-Darweesh
pada waktu itu adalah mengkritik Raja Abdul Aziz Al-
Saud karena Raja Saudi itu bersedia menandatangani
sebuah dokumen perjanjian dengan pihak kolonial
Inggris, tahun 1922 bertempat di Al-Aqeer. Dokumen
perjanjian itu berisi penyerahan Negara Palestina
kepada Yahudi.
Inilah politik kebijakan Rezim ini yang
masih terus diamalkan oleh Keluarga Yahudi. Kredo
gerakan mereka adalah merampas harta kekayaan
negara lain, merompak, menipu dan melakukan
pelbagai jenis kekejaman ,kezaliman,dan kekufuran-
semua itu dilakukan bekerjasama dengan agama
yang mereka cipta –Wahabi- yang membenarkan
pemenggalan kepala penentang mereka.
(Diterjemahkan secara bebas dari sebuah naskah
berbahasa Arab berjudul “Aly Sa’ud, Min Aina ? wa
Ilaina?” yang ditulis oleh Muhammad Sakher dan
merupakan hasil Penelitian dan Penelusuran
Mohammad Sakher, seseorang yang akhirnya
dibantai oleh rezim Saudi karena temuannya yang
menggemparkan ini)
Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar