Jumat, 24 Agustus 2012

Imam Abu hanifah dan atheiz

Pada Zaman Imam Abu Hanifah hiduplah seorang
ilmuwan besar, atheis dari kalangan bangsa Romawi.
Pada suatu hari, Ilmuwan Atheis tersebut berniat untuk
mengadu kemampuan berfikir dan keluasan ilmu
dengan ulama-ulama Islam. Dia hendak menjatuhkan
ulama Islam dengan beradu argumentasi.
Setelah melihat sudah banyak manusia yang berkumpul
di dalam masjid, orang kafir itu naik ke atas mimbar.
Dia menantang siapa saja yang mau berdebat
dengannya.
Dan diantara shaf-shaf masjid bangunlah seorang laki-
laki muda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada
dekat di depan mimbar, dia berkata : “Inilah saya,
hendak bertukar fikiran dengan tuan“.
Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana,
namun dia tetap merendahkan diri karena usianya yang
masih muda. Abu Hanifah berkata, “Sekarang apa yang
akan kita perdebatkan!“.
Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah,
dia lalu memulai pertanyaannya :
Atheis : Pada tahun berapakah Tuhan-mu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman “Dia (Allah) tidak
dilahirkan dan tidak pula melahirkan”.
Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahwa Allah
adalah yang pertama dan tidak ada sesuatu sebelum-
Nya?, pada tahun berapa Dia ada?
Abu Hanifah : Dia (Allah) ada sebelum adanya sesuatu.
Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas
dari kenyataan!
Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?
Atheis : Ya.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada
angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran
kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak
ada yang mendahului-Nya?
Atheis : Dimanakah Tuhan-mu berada sekarang?,
sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.
Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?,
Apakah di dalam susu itu keju?
Atheis : Ya, sudah tentu.
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di
bagian mana tempatnya keju itu sekarang?
Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu
menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu di
seluruh bagian.
Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat
khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan
meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah
Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!
Atheis :Tunjukkan kepada kami dzat Tuhan-mu, apakah
ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air,
atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang
sakit yang akan meninggal?
Atheis :Ya, pernah.
Abu Hanifah : Sebelum ia meninggal, sebelumnya dia
bisa berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan
anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa
yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan
masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah: Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu
benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau
menguap seperti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau tuan tidak boleh mengetahui
bagaimana dzat maupun bentuk roh yang hanya
sebuah makhluk, bagaimana tuan boleh memaksaku
untuk mengutarakan dzat Allah Ta’ala?!!
Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang
menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti
mempunyai arah?
Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam
gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu
menghadap?
Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan
penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu
yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala
Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit
dan bumi.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke surga itu ada
awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di surga
kekal selamanya?
Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya
tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di
surga tanpa buang air kecil dan besar?
Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekkanya ketika
tuan ada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum
selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang
air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua
hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan surga akan bertambah dan
tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia,
yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti
ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin
berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.
“Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum
diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?”
tanya Atheis.
“Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas
mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai.
Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon
tuan turun dari atas mimbar dan saya akan
menjawabnya di tempat tuan”, pinta Abu Hanifah.
Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu
Hanifah naik di atas.
“Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan
tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”.
Ilmuwan kafir mengangguk.
“Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang
tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa
apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir
yang tidak hak seperti tuan, Dia akan menurunkannya
seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang
mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula
Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian
pekerjaan Allah setiap waktu”.
Para hadirin puas dengan jawapan yang diberikan oleh
Abu Hanifah dan begitu pula dengan ilmuwan besar
atheis tersebut dia mengakui kecerdikan dan keluasan
ilmu yang dimiliki Abu Hanifah.

Semoga Bermanfaat
Salam Santun Ukhuwah Karena-NYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar