Sabtu, 11 Agustus 2012

Hikmah shoum Ramadhon 1433H

“Dan carilah pada apa yg telah dianugerahkan Allah
kepadamu kebahagian negeri akhirat dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari keni’matan dunia.”
Hikmah yg diperoleh dari ajaran berpuasa Ramadan nilai
kesalehan selalu berada pada jaringan sosial masyarakat
dilandasi oleh kualitas iman dan takwa. Sehingga dalam
kalbu kita tumbuh pribadi yg kuat senantiasa ikhlas beramal
dan bukan pribadi yg selalu menjadi beban orang lain.
Kondisi sekarang kesalehan sosial yg berwujud rasa peduli
terhadap merebaknya kemiskinan terlihat jelas konteksnya.
Seperti tidak menentunya kondisi perekonomian rakyat
anjloknya nilai rupiah yg dirasakan pahit bagi masyarakat
golongan bawah. Situasi perekonomian yg tidak jelas
juntrungnya di berbagai aspek kehidupan menumbuhkan
nafsu egoistis di kalangan masyarakat tingkat menengah ke
atas menjauhkan diri dari nilai-nilai kemanusiaan
menggiringnya ke sikap apatisme. Esensi ajaran Islam tidak
mengajarkan manusia bersikap masa bodoh terhadap
masyarakat lingkungan lebih-lebih terhadap mereka yg
hidup kekurangan dan miskin.
Islam tidak boleh membiarkan umatnya hidup serba
kekurangan melainkan dijadikan manusia itu menjadi
mahluk yg hidup dalam keseimbangan antara keperluan
duniawiyah dan ukhrawiyah. Karena itu hikmah puasa
Ramadan secara kondusif melahirkan dua dimensi
keberkahan kehidupan dunia dan akhirat.
Secara fisik dgn berpuasa seseorang harus mampu
mengendalikan nafsu sekularitas hedonistis egoistis maupun
sikap hidup kompetitif konsumtif agar hidup ini senantiasa
dihayati sebagai rahmat dan ni’mat dari Allah SWT. Mereka
harus menahan rasa lapar dan haus tidak melakukan
hubungan badan dgn istri dari waktu fajar hingga matahari
tenggelam di petang hari serta tidak melakukan perbuatan
jahat tidak mengeluarkan kata-kata kotor menahan emosi
dan nafsu amarah serta berbagai perbuatan tercela lainnya.
Secara psikologis seseorang yg berpuasa Ramadan
menyatukan dirinya dalam kondisi penderitaan akibat rasa
lapar dan haus yg selama itu lbh banyak diderita oleh fakir
miskin yg dalam hidupnya selalu terbelenggu oleh
kemiskinan. Esensi puasa Ramadan juga memberikan nilai
ajaran agar orang yg beriman dan bertakwa mengikuti
tuntunan Nabi saw yg hidupnya amat sederhana dan selalu
bersikap lugu dalam segala aspek kehidupannya.Beliau
menganjurkan kepada umat Islam “ berhentilah kamu makan
sebelum kenyang .” Contoh sederhana tsb mudah didengar
tapi terasa berat dilaksanakan jika seseorang tengah
bersantap dgn makanan lezat. Memang itulah tuntunan yg
memiliki bobot kesadaran diri tinggi terhadap lingkungan
masyarakat miskin yg berada di lingkungannya.
Di bagian lain Nabi saw mencontohkan “berbuka puasalah
kamu dgn tiga butir kurma dan seteguk air minum setelah
itu bersegeralah salat magrib.” Kaitannya dgn itu Nabi Saw
menganjurkan agar selalu gemar memberi makan utk
tetangga yg miskin. Fenomena kesadaran fitrah di atas
dalam puasa Ramadan saat ini diharapkan mampu
membentuk rasa keterikatan jiwa dan moral utk memihak
kepada kaum dhuafa fakir miskin. Pendekatan ini harus
diartikulasikan pada pola pikir dan pola tindak ke dalam
bingkai amal saleh mampu melebur ke dalam pola
kehidupan kaum mustadh’afin.
Seperti dicontohkan Nabi SAW saat membebaskan budak
masyarakat kecil dan golongan lemah yg tertindas dgn
membangkitkan ‘harga diri’ dan nilai kemanusiaan. Nabi
SAW bisa hidup di tengah mereka dalam kondisi sama-sama
lapar tidur di atas pelepah daun kurma. Begitu dekatnya
Nabi Saw dgn orang-orang miskin sampai-sampai beliau
mendapat julukan Abul Masakin . Ketika ada seorang sahabat
bertanya terhadap keberadaan dirinya beliau menjawab
“carilah aku di tengah orang-orang yg lemah di antara
kalian.” Isyarat yg diberikan Nabi Saw ini menggugah
seorang pemikir Islam dari Turki Hilmi H. Isyik mengatakan
“Orang yg bersikap masa bodoh terahdap orang-orang
miskin di sekitarnya tidak mungkin ia menjadi seorang
muslim yg baik .” Pengertian di atas mengambil esensi dari
Sabda Nabi Saw yg maksudnya tiap orang muslim jangan
mengabaikan dasar pokok iman ibadah dan akhlak. Kalau hal
itu terabaikan amal atau muamalat duniawi akan
menyimpang tidak terkontrol nafsu kemurkaannya tidak
terkendali sehingga orang akan berperilaku sekehendaknya
sendiri tanpa memperdulikan lingkungan dan penderitaan
orang lain. Dampaknya dapat menghancurkan sikap
toleransi dan solidaritas sesama umat Muslim.
Nabi Saw bersabda “ Barangsiapa tidak merasa terlibat dgn
permasalahan umat Islam dia bukanlah dari golonganku .” Ini
jelas memperingatkan permasalahan umat Muhammad yg
tumbuh di dunia bukan hanya ibadah salat dan puasa saja
juga luluh ke dalam nasib penderitaan sesama umat.
Konteksnya dgn puasa Ramadan Nabi saw menegaskan
“begitu banyak orang berpuasa tapi yg dihasilkannya hanya
rasa lapar dan haus semata-mata.” Sabda ini mengandung
arti hikmah puasa Ramadan bukan sekadar menahan rasa
lapar dan haus menahan nafsu dan keinginan hedonistis
melainkan secara esensial mengandung makna penghayatan
rohani amat yg dalam yakni ekspresi jiwa dan konsentrasi
mental secara utuh dan solid di mana sendi-sendi mental
dan jiwa terperas ke dalam fitrah diri meluruskan disiplin
pribadi dgn baik.
Semua rangkuman di atas merupakan intisari dari firman
Allah Swt “Hai orang-orang yg beriman diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana di wajibkan atas orang-orang
sebelum kami agar kamu bertakwa.” . Di sinilah kekuatan
iman dan takwa seorang Muslim diuji. Sehingga jelas nilai
takwa seorang Muslim terangkat pada derajat hidup
manusia ke dalam orientasi kehidupan duniawi sekaligus
memperoleh justifikasi etis keakhiratan. Allah Swt berfirman
“Dan carilah pada apa yg telah dianugerahkan Allah
kepadamu kebahagian negeri akhirat dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari keni’matan dunia.” . Dari
sana pula pendekatan yg fleksibel sesama umat dijalin dgn
batas pengertian tertentu yakni berpegang pada pokok
akidah yg kita yakini sehingga upaya mengangkat kemiskinan
terwujud dgn semangat kebersamaan dan solidaritas yg
tinggi dalam implementasi wadah puasa Ramadan yg penuh
rahmat ampunan dan barakah. sumber file al_islam.chm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar