Minggu, 15 Juli 2012

6 Puasa yg berkualitas

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah ,
Puasa Ramadhan merupakan ibadah istimewa yang
akan dinilai langsung oleh Allah sehingga ia tidak
dibatasi oleh pelipatgandaan pahala 10 sampai 700
kali. Rasulullah SAW:
ُّﻞُﻛ ِﻞَﻤَﻋ ِﻦْﺑﺍ َﻡَﺩﺁ ُﻒَﻋﺎَﻀُﻳ ُﺔَﻨَﺴَﺤْﻟﺍ ُﺮْﺸَﻋ
ﻰَﻟِﺇ ﺎَﻬِﻟﺎَﺜْﻣَﺃ ِﺔَﺋﺎِﻤِﻌْﺒَﺳ َﻝﺎَﻗ ٍﻒْﻌِﺿ ُﻪَّﻠﻟﺍ َّﺰَﻋ
َّﻞَﺟَﻭ َّﻻِﺇ َﻡْﻮَّﺼﻟﺍ ُﻪَّﻧِﺈَﻓ ﻰِﻟ ﻯِﺰْﺟَﺃ ﺎَﻧَﺃَﻭ ِﻪِﺑ
Setiap amal anak Adam dilipatgandakan; sati
kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang
serupa sampai tujuh ratus kali. Allah Azza wa Jalla
berfirman, “Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu
untuk-Ku dan Aku sendiri yang membalasnya…” (HR.
Muslim, An-Nasai, Ad-Darimi, dan Al-Baihaqi)
Nilai puasa di sisi Allah, dengan demikian, akan
sangat bergantung pada kualitasnya. Semakin ia
berkualitas, semakin tinggi nilainya di sisi Allah.
Sebaliknya, puasa yang kualitasnya sekedar menahan
lapar dan haus, ia tidak bernilai apa-apa di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
َّﺏُﺭ ٍﻢِﺋﺎَﺻ َﺲْﻴَﻟ ُﻪَﻟ ْﻦِﻣ ِﻪِﻣﺎَﻴِﺻ َّﻻِﺇ ُﻉﻮُﺠْﻟﺍ
Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak
mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar.
(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)
Melakukan amal dengan optimal dan berusaha
mendapatkan kualitas tertinggi adalah sebuah
keharusan. Inilah mengapa Dr. Musthafa Dieb Al-
Bugho dan Muhyidin Mistu dalam Al-Wafi saat
menjelaskan hadits :
َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ َﺐَﺘَﻛ َﻥﺎَﺴْﺣِﻹﺍ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞُﻛ ٍﺀْﻰَﺷ
Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan dalam
segala hal (HR. Muslim)
Beliau berdua mengatakan: Hadits ini merupakan
nash (dalil) yang menunjukkan keharusan berlaku
ihsan. Yaitu dengan melakukan suatu perbuatan
dengan baik dan maksimal.
Maka, begitupun dengan puasa. Marilah kita tunaikan
puasa kita dengan sebaik-baiknya sehingga ia benar-
benar menjadi puasa yang berkualitas. Lalu apa saja
kriteria puasa yang berkualitas itu?
Ikhlas
Ikhwani fillah rahimakumullah,
Inilah penentu awal kualitas puasa kita; keikhlasan.
Tidak hanya puasa, bahkan seluruh amal akan
ditentukan pertama kali oleh standar ini. Jika ia
melakukannya ikhlas karena Allah maka amalnya
menuju Allah (berpeluang diterima Allah), tetapi jika
ia melakukannya karena selain Allah, maka amal itu
tidak memiliki peluang sama sekali untuk menjadi
bernilai di sisi Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
ﺎَﻤَّﻧِﺇ ُﻝﺎَﻤْﻋَﻷﺍ ِﺔَّﻴِّﻨﻟﺎِﺑ ﺎَﻤَّﻧِﺇَﻭ ، ٍﺉِﺮْﻣِﻻ ﻯَﻮَﻧ ﺎَﻣ
Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya
dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia
niatkan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian juga dengan ampunan yang dijanjikan Allah
bagi orang yang berpuasa. Tidak serta merta
ampunan ini akan didapatkan semua orang. Hanya
mereka yang ikhlas saja yang berhak mendapatkan
janji ini dan membuktikannya di hadapan Allah SWT
kelak di akhirat.
ﻡﺎﺻ ﻦﻣ ﻥﺎﻀﻣﺭ ﺎﻧﺎﻤﻳﺇ ﺎﺑﺎﺴﺘﺣﺍﻭ ﺮﻔﻏ ﻪﻟ ﺎﻣ
ﻡﺪﻘﺗ ﻦﻣ ﻪﺒﻧﺫ
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman
dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih)
Hadits di atas sekaligus menjadi dalil bahwa
mengharapkan pahala dari Allah adalah termasuk
ikhlas. Ini berbeda dengan ungkapan sufi yang
ekstrim mengatakan tentang keikhlasan:
Ya Allah,
Jika aku beribadah kepada-Mu karena mengharap
surga
Haramkanlah aku memasukinya
Jika aku beribadah kepada-Mu karena takut neraka
Campakkanlah aku ke dalamnya
Dan, alhamdulillah, menjaga keikhlasan puasa itu
lebih mudah dari pada ibadah lain, karena puasa
adalah amalan batin. Maka Imam Al-Ghazali
menjelaskan dalam Ihya’ Ulumiddin : “Puasa itu
sendiri rahasia yang padanya tidak ada amal yang
disaksikan. Seluruh amal ketaatan itu disaksikan dan
dilihat oleh makhluk sedangkan puasa hanya dilihat
oleh Allah Azza wa Jalla, karena puasa itu amal batin
dengan semata-mata kesabaran.”
Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah,
Tentu saja untuk menjadi berkualitas, puasa itu harus
sah. Artinya, kita harus meninggalkan hal-hal yang
membatalkan puasa.
Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa
hal-hal yang membatalkan puasa itu dibagi menjadi
dua;
Pertama , hal-hal yang membatalkan puasa dan wajib
qadha’
a. Makan atau minum dengan sengaja. Jika seseorang
makan dan minum dalam keadaan lupa, itu tidak
membatalkan puasanya.
ْﻦَﻣ َﻰِﺴَﻧ َﻮُﻫَﻭ َﻞَﻛَﺄَﻓ ٌﻢِﺋﺎَﺻ ْﻭَﺃ َﺏِﺮَﺷ َّﻢِﺘُﻴْﻠَﻓ
ُﻪَﻣْﻮَﺻ ﺎَﻤَّﻧِﺈَﻓ ُﻪَﻤَﻌْﻃَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻩﺎَﻘَﺳَﻭ
Barangsiapa yang lupa, padahal ia berpuasa, lalu ia
makan atau minum, hendaknya ia meneruskan
puasanya. Karena ia diberi makan dan minum oleh
Allah. (HR. Jamaah)
b. Muntah dengan sengaja
ْﻦَﻣ ُﺀْﻰَﻘْﻟﺍ ُﻪَﻋَﺭَﺫ َﺲْﻴَﻠَﻓ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ٌﺀﺎَﻀَﻗ ِﻦَﻣَﻭ
َﺀﺎَﻘَﺘْﺳﺍ ﺍًﺪْﻤَﻋ ِﺾْﻘَﻴْﻠَﻓ
Barangsiapa didesak muntah, ia tidak wajib
mengqadha, tetapi siapa yang menyengaja muntah
hendaklah ia mengqadha. (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Daruquthni, dan
Hakim)
c. Mengeluarkan sperma, baik karena mencium
istrinya atau hal lain di luar bersetubuh dan mimpi.
Jika bersetubuh ia terkena kafarat, jika karena mimpi
maka tidak mempengaruhi puasanya.
d. Meniatkan berbuka. Karena niat merupakan rukun
puasa, maka niat berbuka berarti membatalkan
puasanya.
Kedua, hal-hal yang membatalkan puasa dan wajib
qadha’ dan kafarat
Mengenai tindakan membatalkan puasa dan
karenanya wajib qadha berikut kafarat, menurut
jumhur ulama hanyalah bersenggama dan tidak ada
yang lain. Kafaratnya adalah memerdekakan budak,
jika tidak mampu maka berpuasa dua bulan berturut-
turut, jika tidak mampu memberikan makan kepada
60 orang miskin.
ْﻦَﻋ ﻰِﺑَﺃ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ - ﻰﺿﺭ ﻪﻠﻟﺍ - ﻪﻨﻋ َﻝﺎَﻗ َﺀﺎَﺟ
ٌﻞُﺟَﺭ ﻰَﻟِﺇ ِﻝﻮُﺳَﺭ - ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ
- َﻝﺎَﻘَﻓ ُﺖْﻜَﻠَﻫ . َﻝﺎَﻘَﻓ » ﺎَﻣَﻭ َﻙﺍَﺫ « َﻝﺎَﻗ .
ُﺖْﻌَﻗَﻭ ﻰِﻠْﻫَﺄِﺑ ﻰِﻓ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ . َﻝﺎَﻗ » ُﺪِﺠَﺗ
ًﺔَﺒَﻗَﺭ « . َﻝﺎَﻗ َﻻ َﻝﺎَﻗ . » ُﻊﻴِﻄَﺘْﺴَﺗ ْﻞَﻬَﻓ ْﻥَﺃ
َﻡﻮُﺼَﺗ ِﻦْﻳَﺮْﻬَﺷ ِﻦْﻴَﻌِﺑﺎَﺘَﺘُﻣ « َﻝﺎَﻗ . َﻻ َﻝﺎَﻗ . »
ُﻊﻴِﻄَﺘْﺴَﺘَﻓ ْﻥَﺃ َﻢِﻌْﻄُﺗ َﻦﻴِّﺘِﺳ ﺎًﻨﻴِﻜْﺴِﻣ « . َﻝﺎَﻗ
َﻻ . َﻝﺎَﻗ َﺀﺎَﺠَﻓ ٌﻞُﺟَﺭ َﻦِﻣ ِﺭﺎَﺼْﻧَﻷﺍ ٍﻕَﺮَﻌِﺑ -
ُﻕَﺮَﻌْﻟﺍَﻭ ُﻞَﺘْﻜِﻤْﻟﺍ - ِﻪﻴِﻓ ٌﺮْﻤَﺗ َﻝﺎَﻘَﻓ » ْﺐَﻫْﺫﺍ
ﺍَﺬَﻬِﺑ ْﻕَّﺪَﺼَﺘَﻓ ِﻪِﺑ « . َﻝﺎَﻗ َﺝَﻮْﺣَﺃ ﻰَﻠَﻋ ﺎَّﻨِﻣ ﺎَﻳ
َﻝﻮُﺳَﺭ ﻯِﺬَّﻟﺍَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻚَﺜَﻌَﺑ ِّﻖَﺤْﻟﺎِﺑ ﺎَﻣ َﻦْﻴَﺑ
ﺎَﻬْﻴَﺘَﺑَﻻ ُﻞْﻫَﺃ ٍﺖْﻴَﺑ ُﺝَﻮْﺣَﺃ ﺎَّﻨِﻣ َﻝﺎَﻗ . » ْﺐَﻫْﺫﺍ
ُﻪْﻤِﻌْﻃَﺄَﻓ َﻚَﻠْﻫَﺃ »
Abu Hurairah berkata: Seorang laki-laki datang
mendapatkan Nabi SAW. Ia berkata, “Celaka aku,
wahai Rasulullah!” Nabi SAW bertanya, “Apa yang
mencelakakan itu?” “Aku menyetubuhi istriku pada
bulan Ramadhan.” Maka tanya Nabi SAW “Adakah
padamu sesuatu untuk memerdekakan budak?”
“Tidak” ujarnya. Nabi bertanya lagi, “Sanggupkah
engkau berpuasa dua bulan terus menerus?” “Tidak”,
ujarynya. Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau
memiliki makanan untuk diberikan kepada enam
puluh orang miskin?” “Tidak” ujarnya. Laki-laki itu
pun duduk, kemudian dibawa orang kepada Nabi
satu bakul besar berisi kurma. “Nah, sedekahkanlah
ini” titah Nabi. “Apakah kepada orang yang lebih
miskin dari pada kami?” Tanya laki-laki itu. “Karena di
daerah yang terletak diantara tanah yang berbatu-
batu hitam itu, tidak ada suatu keluarga yang lebih
membutuhkannya dari pada kami” Maka Nabi pun
tertawa hingga geraham beliau terlihat lalu berkata,
“Pergilah, berikanlah kepada keluargamu.” (HR.
Jamaah)
Meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-
sia
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Ikhlas serta meninggalkan hal-hal yang membatalkan
puasa saja tidak cukup untuk membuat puasa kita
berkualitas. Hal lain yang perlu kita lakukan adalah
meninggalkan hal-hal yang membuat puasa sia-sia.
َّﺏُﺭ ٍﻢِﺋﺎَﺻ َﺲْﻴَﻟ ُﻪَﻟ ْﻦِﻣ ِﻪِﻣﺎَﻴِﺻ َّﻻِﺇ ُﻉﻮُﺠْﻟﺍ
Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak
mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar.
(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)
Yaitu dengan menjauhi perkara-perkara yang telah
diharamkan oleh Allah SWT. Diantaranya adalah
menjaga emosi kita agar tidak marah seperti apa
yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
ُﻡﺎَﻴِّﺼﻟﺍ ٌﺔَّﻨُﺟ ، َﻼَﻓ َﻻَﻭ ْﺚُﻓْﺮَﻳ ْﻞَﻬْﺠَﻳ ، ِﻥِﺇَﻭ ٌﺅُﺮْﻣﺍ
ُﻪَﻠَﺗﺎَﻗ ُﻪَﻤَﺗﺎَﺷ ْﻭَﺃ ْﻞُﻘَﻴْﻠَﻓ ﻰِّﻧِﺇ ٌﻢِﺋﺎَﺻ
Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang
berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak keras,
jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar
hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa.
(Muttafaq ’alaih)
Begitupun dengan perkataan dan perbuatan dusta,
bisa membuat puasa menjadi sia-sia dan karenanya
harus dijauhi.
ْﻦَﻣ ْﻢَﻟ ْﻉَﺪَﻳ َﻝْﻮَﻗ ِﺭﻭُّﺰﻟﺍ َﻞَﻤَﻌْﻟﺍَﻭ ِﻪِﺑ َﺲْﻴَﻠَﻓ ِﻪَّﻠِﻟ
ٌﺔَﺟﺎَﺣ ﻰِﻓ ْﻥَﺃ َﻉَﺪَﻳ ُﻪَﻣﺎَﻌَﻃ ُﻪَﺑﺍَﺮَﺷَﻭ
Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan
pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai
keperluan untuk meninggalkan makanan dan
minumannya (puasanya) (HR. Bukhari)
Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat
Sering kita jumpai, ada orang yang berpuasa lalu
mengisi siang harinya dengan hal-hal yang tidak
bermanfaat. Dengan alasan agar lupa rasa lapar dan
haus selama puasa mereka seharian di depan televisi,
memperbanyak main game, dan sebagainya. Hal-hal
seperti ini hendaknya ditinggalkan agar puasa kita
benar-benar berkualitas.
ﻦﻣ ﻦﺴﺣ ﻡﻼﺳﺇ ﺀﺮﻤﻟﺍ ﻪﻛﺮﺗ ﻻﺎﻣ ﻪﻴﻨﻌﻳ
Diantara tanda sempurnanya Islam seseorang adalah
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Mempuasakan seluruh organ tubuh, pikiran, dan
hati
Inilah yang diistilahkan puasa khusus oleh Imam
Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin dan ditegaskan oleh
Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qasidin.
Pertama , mempuasakan mata dengan menahannya
dari pandangan kepada sesuatu yang tercela dan
dibenci syariat serta melalaikan Allah SWT.
ﺓﺮﻈﻨﻟﺍ ﻢﻬﺳ ﻡﺎﻬﺳ ﻦﻣ ﺲﻴﻠﺑﺇ ﺔﻣﻮﻤﺴﻣ
ﻦﻤﻓ ﺎﻬﻛﺮﺗ ﻦﻣ ﻑﻮﺧ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﺑﺎﺛﺃ ﻞﺟ ﻭ ﺰﻋ
ﺎﻧﺎﻤﻳﺇ ﺪﺠﻳ ﻪﺗﻭﻼﺣ ﻲﻓ ﻪﺒﻠﻗ
Pandangan itu salah satu anak panah Iblis yang
berbisa. Barangsiapa meninggalkannya karena takut
kepada Allah, maka Allah Azza wa Jalla memberinya
keimanan yang manisnya didapati dalam hatinya (HR.
Hakim)
Kedua, mempuasakan lidah dengan memeliharanya
dari berbicara tanpa arah, dusta, menggunjing,
mengumpat, berkata buruk, berkata kasar,
permusuhan dan mendzalimi orang lain.
ُﻡﺎَﻴِّﺼﻟﺍ ٌﺔَّﻨُﺟ ، َﻼَﻓ َﻻَﻭ ْﺚُﻓْﺮَﻳ ْﻞَﻬْﺠَﻳ ، ِﻥِﺇَﻭ ٌﺅُﺮْﻣﺍ
ُﻪَﻠَﺗﺎَﻗ ُﻪَﻤَﺗﺎَﺷ ْﻭَﺃ ْﻞُﻘَﻴْﻠَﻓ ﻰِّﻧِﺇ ٌﻢِﺋﺎَﺻ
Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang
berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak keras,
jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar
hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa.
(Muttafaq a’alaih)
Ketiga , mempuasakan telinga dari mendengarkan
segala sesuatu yang haram dan makruh. Karena
segala sesuatu yang haram diucapkan adalah haram
pula untuk didengarkan. Bahkan, Allah SWT
menyepadankan orang yang mencari pendengaran
haram dengan pemakan harta haram.
َﻥﻮُﻋﺎَّﻤَﺳ ِﺏِﺬَﻜْﻠِﻟ َﻥﻮُﻟﺎَّﻛَﺃ ِﺖْﺤُّﺴﻠِﻟ
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar
berita bohong, banyak memakan makanan haram.
(QS. Al-Maidah : 42)
ﺎَﻟْﻮَﻟ ُﻢُﻫﺎَﻬْﻨَﻳ َﻥﻮُّﻴِﻧﺎَّﺑَّﺮﻟﺍ ُﺭﺎَﺒْﺣَﺄْﻟﺍَﻭ ْﻦَﻋ ُﻢِﻬِﻟْﻮَﻗ
ُﻢِﻬِﻠْﻛَﺃَﻭ َﻢْﺛِﺈْﻟﺍ َﺖْﺤُّﺴﻟﺍ َﺲْﺌِﺒَﻟ ﺎَﻣ ﺍﻮُﻧﺎَﻛ
َﻥﻮُﻌَﻨْﺼَﻳ
Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta
mereka tidak melarang mereka mengucapkan
perkataan bohong dan memakan yang haram.
Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. Al-Maidah : 63)
Keempat, mempuasakan tangan dari mendzalimi
orang lain, mengambil sesuatu yang bukan haknya,
serta melakukan perbuatan yang dilarang syariat.
Kelima , mempuasakan kaki dari berjalan ke arah yang
diharamkan oleh Allah SWT.
Keenam , mempuasakan hati dari penyakit-penyakit
ruhiyah seperti dengki, iri, marah, kecintaan pada
dunia, dan sebagainya.
َﻻ ﺍﻮُﻀَﻏﺎَﺒَﺗ ، َﻻَﻭ ﺍﻭُﺪَﺳﺎَﺤَﺗ ، َﻻَﻭ ﺍﻭُﺮَﺑﺍَﺪَﺗ ،
ﺍﻮُﻧﻮُﻛَﻭ َﺩﺎَﺒِﻋ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﺎًﻧﺍَﻮْﺧِﺇ
Janganlah kamu saling membenci, saling
memutushubungan, saling mendengki, dan saling
bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketujuh, menjaga pikiran dari membayangkan hal-hal
yang disenangi syahwat dan dibenci syariat, serta dari
tipu daya dan pikiran destruktif lainnya.
Memperbanyak amal shalih selama Ramadhan
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Banyak orang terkecoh dengan memperbanyak tidur
saat puasa karena menilai itu sebagai ibadah.
Memang ia lebih baik dibandingkan jika melakukan
hal-hal yang makruh atau haram. Akan tetapi, tentu
lebih baik lagi jika pada saat puasa kita
memperbanyak amal shalih, mengisinya dengan
aktifitas-aktifitas positif yang bernilai ibadah di sisi
Allah SWT seperti memperbanyak tilawah Al-Qur’an,
berdzikir kepada Allah, shalat sunnah, tafakur,
mengkaji ilmu-ilmu agama, memperbanyak infaq,
dan lain sebagainya.
Rasulullah dan para shahabatnya sangat mengerti
tentang keutamaan Ramadhan dan bagaimana
memperbaiki kualitas puasa mereka. Karenanya
dalam kesempatan istimewa ini mereka
memperbanyak amal shalih. Ibnu Abbas menuturkan
bagaimana peningkatan amal shalih Rasulullah SAW,
khususnya tilawah dan infaq sebagai berikut:
َﻥﺎَﻛ ُﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ - ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ -
َﺩَﻮْﺟَﺃ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ ، َﻥﺎَﻛَﻭ ُﺩَﻮْﺟَﺃ ﺎَﻣ ُﻥﻮُﻜَﻳ ﻰِﻓ
َﻦﻴِﺣ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ُﻩﺎَﻘْﻠَﻳ ُﻞﻳِﺮْﺒِﺟ ، ُﻩﺎَﻘْﻠَﻳ َﻥﺎَﻛَﻭ ﻰِﻓ
ِّﻞُﻛ ٍﺔَﻠْﻴَﻟ ْﻦِﻣ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ َﻥﺁْﺮُﻘْﻟﺍ ُﻪُﺳِﺭﺍَﺪُﻴَﻓ ،
ُﻝﻮُﺳَﺮَﻠَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ - ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ - ﻢﻠﺳﻭ ُﺩَﻮْﺟَﺃ
ِﺮْﻴَﺨْﻟﺎِﺑ َﻦِﻣ ِﺢﻳِّﺮﻟﺍ ِﺔَﻠَﺳْﺮُﻤْﻟﺍ
Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan.
Dan kedermawanannya memuncak pada bulan
Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril
menemuinya setiap malam untuk tadarus Al-Qur’an.
Sungguh Rasulullah SAW lebih murah hati
melakukan kebaikan dari pada angin yang bertiup.
(HR. Bukhari)
Ikhwani fillah rahimakumullah ,
Demikianlah cara mewujudkan puasa yang
berkualitas. Semoga kita termasuk orang-orang yang
dimudahkan Allah SWT sehingga bisa berpuasa
dengan kualitas seperti itu dan akhirnya mencapai
derajat taqwa; mendapatkan ampunan Allah SWT,
meraih ridho dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.
Wallaahu a’lam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar