Minggu, 15 Juli 2012

Ramadhan bulan jihad

Saudara-saudaraku
yang dirahmati
Allah,
Selain dikenal
sebagai syahrut
tarbiyah dan
syahrus shabr ,
Ramadhan juga
dikenal sebagai
syahrul jihad; bulan
Jihad. Barangkali saat mendengar kata terakhir ini –
jihad- sebagian besar umat Islam sendiri telah
berpandangan negatif sebagai akibat dari stigma
Barat dan media pada jihad Islam. Selain juga akibat
penerapan yang salah dari segelintir orang yang
mengatasnamakan jihad untuk melegitimasi aksi
terorisme mereka.
Maka, tema jihad menjadi amat menarik sekaligus
urgen untuk dibahas di bulan Ramadhan ini.
Setidaknya urgensi tema Ramadhan sebagai Syahrul
Jihad ini menemukan 2 momentum. Pertama , adanya
aksi terorisme pengeboman di hotel JW Marriot dan
Rizt Carlton yang masih diperbincangkan sampai hari
ini. Jaringan teroris Mega Kuningan ini memang
berhasil diungkap. Sebagian ditangkap. Bahkan
Ibrahim yang menjadi salah satu tersangka tewas.
Lalu dilakukan pencarian DPO Syaifudin Jaelani atau
Syaifudin Zuhri, Bagus Budi Pranoto, Muhammad
Syahrir, dan Aryo Sudarto, serta otak teroris Noordin
M. Top. Sampai hari ini media massa juga masih
sering memberitakan aksi terorisme yang
menewaskan beberapa korban di hotel JW Marriot
dan Rizt Carlton, Mega Kuningan ini.
Kedua, adanya reaksi berlebihan aparat yang
cenderung menggeneralisir aktifis Islam dan gerakan
Islam. Munculnya kecurigaan yang over estimate
terhadap umat yang berupaya menegakkan syariat
terkesan sejalan dengan skenario Barat yang
menempatkan Islam sebagai lawan. Pengawasan
aparat pada ceramah-ceramah tarawih hanyalah satu
bentuk dari bukti adanya reaksi berlebihan ini.
Sungguh, betapa menyedihkannya bahwa aktifitas
dakwah harus diawasi dan dicurigai. Namun kita
yakin dengan firman Allah SWT:
ﺍﻭُﺮَﻜَﻣَﻭ َﺮَﻜَﻣَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ُﺮْﻴَﺧ َﻦﻳِﺮِﻛﺎَﻤْﻟﺍ
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah
membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-
baik pembalas tipu daya. (QS. Ali Imran : 54)
Latar Belakang Ramadhab sebagai Syahrul Jihad
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT,
Ramadhan disebut sebagai syahrul jihad bukanlah
tanpa alasan. Sejak awal puasa diwajibkan kepada
umat Islam dalam bulan Ramadhan, sejak saat itu
pula aktifitas jihad banyak dicatat oleh sejarah justru
menemukan kemenangannya pada bulan Ramadhan,
pada saat umat Islam berpuasa, pada saat sebagian
mujahidin juga berjihad dengan tetap berpuasa!
Subhaanallah, Allaahu akbar!
Simaklah kembali perang Badar. Ia terjadi pada bulan
Ramadhan bertepatan dengan tahun diwajibkannya
puasa Ramadhan, yakni tahun 2 H. 313 pasukan
Islam berhasil mengalahkan 1000 pasukan kafir
Quraisy yang bersenjatakan lengkap. Kemenangan
gemilang pertama yang diraih umat Islam ini
kemudian menjadi penguat eksistensi kaum muslimin
di Madinah dan pembuka bagi kemenangan-
kemenangan Islam berikutnya. Adakah pakar militer
saat itu yang bisa memprediksi bahwa Rasulullah dan
para sahabatnya bisa memenangkan peperangan?
Dan kemenangan jihad ini terjadi di bulan
Ramadhan!
Ikhwani wa akhwati fillah rahimakumullah,
6 tahun kemudian terjadi peristiwa yang jauh lebih
besar dan mempesona. Inilah penaklukan paling
indah dalam sejarah umat manusia. Penaklukan
tanpa korban jiwa. Kemenangan besar tanpa tetesan
darah! Sepuluh ribu pasukan Islam yang dipimpin
oleh Rasulullah memasuki Makkah dengan tenang,
menang tanpa perlawanan. Bukan hanya
kemenangan secara fisik yang membuat pasukan
Makkah tidak berani memberontak, tetapi juga
kemenangan jiwa sehingga keimanan masuk ke jiwa-
jiwa mayoritas penduduk Makkah menggantikan
seluruh kekufuran dan permusuhan mereka. Maka,
tak ada satupun yang membela saat 360-an berhala
di sekeliling ka’bah dihancurkan. Tak ada yang
meratapi atau melakukan demontrasi saat berhala-
berhala itu dilenyapkan. Sebab, sesaat sebelum
dilenyapkan dari masjidil haram, Allah telah
melenyapkan dari hati mereka. Inilah jihad dan
kemenangan besar yang juga terjadi di bulan
Ramadhan.
650 tahun kemudian juga terjadi peperangan yang
dikenal dengan nama Ain Jaluth. Pasukan Islam
melawan pasukan Tartar. Dua tahun sebelumnya
Tartar di bawah pimpinan Hulako Khan telah
menyerang Baghdad. Maka, bulan-bulan berikutnya
adalah masa penderitaan dan kekalahan kaum
muslimin, jatuhnya Baghdad, serta terbunuhnya
khalifah. Hingga akhirnya jihad dikumandangkan
yang terkenal dengan sebutan Perang Ain Jaluth.
Kaum muslimin berhasil menuai kemenangan atas
Tartar. Dan ini juga terjadi pada bulan Ramadhan.
Masih banyak sejarah jihad yang dimenangkan kaum
muslimin di bulan Ramadhan.
Pada Ramadhan tahun 15 Hijrah, terjadi perang
Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia
ditumbangkan. Pada Ramadhan tahun 53 H, umat
Islam memasuki pulau Rhodes di Eropa. Pada bulan
Ramadhan tahun 91 H, umat Islam memasuki
selatan Andalusia. Pada Ramadhan tahun 92 H.,
umat Islam keluar dari Afrika dan membuka Andalus
dengan komandan Thariq bin Ziyad.
Dan, inilah alasannya, mengapa Ramadhan juga
disebut sebagai syahrul jihad.
Definisi Jihad
Ikhwatal iman hafidzakumullah,
Syaikh Abdullah Azzam dalam Tarbiyah Jihadiyah
menjelaskan arti jihad. Secara bahasa jihad berarti:
mencurahkan kesungguhan, mengerahkan kekuatan
secara maksimal. Sedangkan menurut terminologi,
kata jihad mempunyai makna: mengorbankan jiwa
dan harta dalam rangka membela agama Allah dan
melawan musuh-musuhnya.
Karenanya, mayoritas ayat dan hadits Nabi saat
menggunakan kata jihad, yang dimaksud adalah
penegrtian yang kedua. Meskipun ada pembagian
atau macam-macam jihad yang bersumber dari
hadits Nabi juga.
Keutamaan Jihad
Ayyuhal muslimun rahimakumullah,
Jihad merupakan ibadah yang memiliki keutamaan
luar biasa di sisi Allah SWT. Diantara keutamaan itu
adalah:
Pertama, derajat yang tinggi melebihi ibadah
lain.
Suatu ketika pada hari Jum’at Nu’man bin Basyir
berada di sisi mimbar Rasulullah SAW. Lalu ada
orang berkata, “Aku tak peduli, setelah aku masuk
Islam tidaklah aku beramal melainkan memberi
minum orang yang menjalankan ibadah haji,” yang
lain berkata “Aku tak peduli, setelah aku masuk Islam
tidaklah aku beramal melainkan memakmurkan
masjidil haram.” Yang lain berkata, “Jihad membela
agama Allah lebih utama dari apa yang kalian
katakan”. Lalu Umar RA menegur mereka seraya
berkata, “Kamu jangan berdebat mengeraskan
suaramu di mimbar Rasulullah SAW.”
Setelah selesai shalat Jum’at Nu’man bin Basyir
masuk ke rumah Rasulullah SAW dan minta fatwa
kepada beliau. Lalu Allah SWT menurunkan ayat-Nya:
ْﻢُﺘْﻠَﻌَﺟَﺃ َﺔَﻳﺎَﻘِﺳ ِّﺝﺎَﺤْﻟﺍ َﺓَﺭﺎَﻤِﻋَﻭ ِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟﺍ ِﻡﺍَﺮَﺤْﻟﺍ
ْﻦَﻤَﻛ َﻦَﻣَﺁ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ِﻡْﻮَﻴْﻟﺍَﻭ ِﺮِﺧَﺂْﻟﺍ ﻲِﻓ َﺪَﻫﺎَﺟَﻭ
ِﻞﻴِﺒَﺳ ﺎَﻟ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﻭُﻮَﺘْﺴَﻳ َﺪْﻨِﻋ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ﺎَﻟ
ﻱِﺪْﻬَﻳ َﻡْﻮَﻘْﻟﺍ * َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ
ﺍﻭُﺮَﺟﺎَﻫَﻭ ﺍﻭُﺪَﻫﺎَﺟَﻭ ﻲِﻓ ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻪَّﻠﻟﺍ ْﻢِﻬِﻟﺍَﻮْﻣَﺄِﺑ
ْﻢِﻬِﺴُﻔْﻧَﺃَﻭ ُﻢَﻈْﻋَﺃ ًﺔَﺟَﺭَﺩ َﺪْﻨِﻋ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃَﻭ ُﻢُﻫ
َﻥﻭُﺰِﺋﺎَﻔْﻟﺍ
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman
orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus
Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta
bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi
Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta,
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya
di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat
kemenangan. (QS. At-Taubah : 19-20)
Sesungguhnya, amatlah wajar jika jihad memiliki nilai
lebih dari pada ibadah lain sebab jihad
menggabungkan amal maaliyah dan amal nafsiyah,
maka pengorbanannya sangat luar biasa,
berkurangnya atau habisnya harta; resikonya juga
sangat tinggi, kehilangan nyawa!
Kedua, pahala ribath (berjaga) dalam jihad lebih
baik dari dunia seisinya
Rasulullah SAW bersabda:
ُﻁﺎَﺑِﺭ ٍﻡْﻮَﻳ ﻰِﻓ ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻪَّﻠﻟﺍ ٌﺮْﻴَﺧ َﻦِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ﺎَﻣَﻭ
ﺎَﻬْﻴَﻠَﻋ
Berjaga-jaga di perbatasan satu hari membela agama
Allah itu lebih baik dari pada dunia seisinya. (HR.
Bukhari)
Ketiga, selamat dari api neraka
Rasulullah SAW bersabda:
ﺎَﻣ ﺎَﻣَﺪَﻗ ْﺕَّﺮَﺒْﻏﺍ ٍﺪْﺒَﻋ ﻰِﻓ ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪَّﺴَﻤَﺘَﻓ
ُﺭﺎَّﻨﻟﺍ
Tidaklah akan disentuh oleh api neraka, dua kaki
hamba yang berdebu karena membela agama Allah.
(HR. Bukhari)
Keempat, Jihad dan syahid adalah cita-cita
Rasulullah
Rasulullah SAW bersabda:
ﻯِﺬَّﻟﺍ ﻰِﺴْﻔَﻧ ِﻩِﺪَﻴِﺑ ﻰِّﻧَﺃ ُﺕْﺩِﺩَﻮَﻟ ُﻞَﺘْﻗُﺃ ﻰِﻓ
ِﻞﻴِﺒَﺳ َّﻢُﺛ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻴْﺣُﺃ ، َّﻢُﺛ ُﻞَﺘْﻗُﺃ َّﻢُﺛ ﺎَﻴْﺣُﺃ ، َّﻢُﺛ
َّﻢُﺛ ُﻞَﺘْﻗُﺃ ﺎَﻴْﺣُﺃ ، َّﻢُﺛ ُﻞَﺘْﻗُﺃ
Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh
aku senang sekali bila aku terbunuh fi sabilillah, lalu
aku dihidupkan lalu aku terbunuh lalu aku
dihidupkan lagi lalu aku terbunuh, lalu aku
dihidupkan lagi lalu aku terbunuh. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Itulah cita-cita Rasulullah SAW. Meskipun cita-cita
syhahid itu tidak terwujud, tetapi ia tetap menjadi
motivasi bagi umatnya untuk berjihad dan syahid.
Dengan jihad itulah tegak izzul Islam wal muslimin,
dan saat jihad hilang dari sejarah umat maka yang
terjadi adalah keterhinaan dan kekalahan.
Macam-macam Jihad
Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad telah
mengemukakan macam-macam jihad : jihad qital
(jihad perang atau jihad dengan tangan) sampai jihad
bil lisan, dan antara keduanya ada berbagai jihad
dalam bentuknya masing-masing. Maka, yang
kemudian populer di zaman sekarang adalah 3
macam jihad sebagai berikut:
Pertama, Jihad dengan tangan.
Inilah yang paling utama. Yaitu berjihad dalam
rangka membela agama Allah dengan tangan melalui
perang (qital). Paling utama karena memang ia
membutuhkan dua kesiapan sekaligus; harta dan
jiwa. Dan inilah yang dimaksudkan oleh Allah di
banyak ayat-Nya termasuk firman-Nya:
َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ ﻯَﺮَﺘْﺷﺍ َﻦِﻣ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ْﻢُﻬَﺴُﻔْﻧَﺃ
ْﻢُﻬَﻟﺍَﻮْﻣَﺃَﻭ َّﻥَﺄِﺑ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ُﻢُﻬَﻟ َﻥﻮُﻠِﺗﺎَﻘُﻳ ﻲِﻓ
ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻥﻮُﻠُﺘْﻘَﻴَﻓ َﻥﻮُﻠَﺘْﻘُﻳَﻭ ﺍًﺪْﻋَﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ ﺎًّﻘَﺣ
ﻲِﻓ ِﺓﺍَﺭْﻮَّﺘﻟﺍ ِﻞﻴِﺠْﻧِﺈْﻟﺍَﻭ ِﻥَﺁْﺮُﻘْﻟﺍَﻭ ْﻦَﻣَﻭ ﻰَﻓْﻭَﺃ
ِﻩِﺪْﻬَﻌِﺑ َﻦِﻣ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻭُﺮِﺸْﺒَﺘْﺳﺎَﻓ ُﻢُﻜِﻌْﻴَﺒِﺑ ﻱِﺬَّﻟﺍ
ْﻢُﺘْﻌَﻳﺎَﺑ ِﻪِﺑ َﻚِﻟَﺫَﻭ َﻮُﻫ ُﺯْﻮَﻔْﻟﺍ ُﻢﻴِﻈَﻌْﻟﺍ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu
telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu
lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS.
At-Taubah : 111)
Secara tegas, penggunaan langsung kata qital dan
kewajibannya ada pada firman Allah SWT:
َﺐِﺘُﻛ ُﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻝﺎَﺘِﻘْﻟﺍ َﻮُﻫَﻭ ٌﻩْﺮُﻛ ﻰَﺴَﻋَﻭ ْﻢُﻜَﻟ ْﻥَﺃ
ﺍﻮُﻫَﺮْﻜَﺗ ﺎًﺌْﻴَﺷ َﻮُﻫَﻭ ٌﺮْﻴَﺧ ْﻢُﻜَﻟ ﻰَﺴَﻋَﻭ ْﻥَﺃ ﺍﻮُّﺒِﺤُﺗ
ﺎًﺌْﻴَﺷ ٌّﺮَﺷ َﻮُﻫَﻭ ْﻢُﻜَﻟ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ُﻢَﻠْﻌَﻳ ْﻢُﺘْﻧَﺃَﻭ ﺎَﻟ
َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang
itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah :
216)
Jihad model ini memiliki syarat-syarat tertentu. Ia
tidak sama dengan apa yang diklaim oleh para teroris
yang meledakkan bom di Indonesia; termasuk bom
JW Marriot dan Rizt Carlton, Mega, Kuningan.
Jihad qital ini saat bersifat ekspansif ia bersifat fardhu
kifayah yang biasanya diwakili oleh para tentara
Islam dengan diorganisir oleh daulah atau khilafah
Islam. Sedangkan saat bersifat defensif, ia menjadi
farlu ain bagi penduduk setempat yang diserang atau
dijajah. Jika penduduk setempat tidak mampu
mengusir penjajah/imperalis tersebut, maka
kewajiban itu meluas kepada umat Islam di
sekitarnya, demikian seterusnya sampai umat Islam
mampu memenangkan peperangan. Ini mirip dengan
Indonesia saat menghadapi penjajahan Belanda dan
mirip pula dengan Palestina yang menghadapi
penjajahan Israel sampai saat ini. Dan inilah yang
membuat para ulama’ memperbolehkan bom syahid
(media banyak menyebut bom bunuh diri)
sebagaimana dulu para pejuang kemerdekaan
Indonesia juga diperbolehkan melawan senapan
Belanda dengan bambu runcing.
Jihad qital, sesuai namanya hanya boleh terjadi di
wilayah perang, bukan wilayah damai sebagaimana ia
juga hanya boleh dilakukan saat berhadapan dengan
musuh orang-orang kafir harbi. Di sinilah letak
kesalahan aksi terorisme seperti peledakan bom JW
Marriot dan Rizt Carlton, Mega, Kuningan kemarin.
Andaikan aksi serupa dilakukan di Israel terhadap
pasukan Israel yang menjajah Palestina, tentu akan
menemukan pembenarannya, jika niatnya jihad fi
sabilillah.
Kedua, Jihad dengan lisan
Membela Islam dengan sungguh-sungguh
menggunakan lisan juga termasuk jihad. Bahkan jika
ia dilakukan di depan penguasa yang zalim dengan
cara yang tepat, ia termasuk jihad yang paling utama.
Rasulullah SAW bersabda:
ُﻞَﻀْﻓَﺃ ِﺩﺎَﻬِﺠْﻟﺍ ُﺔَﻤِﻠَﻛ ٍﻝْﺪَﻋ ٍﻥﺎَﻄْﻠُﺳ َﺪْﻨِﻋ ٍﺮِﺋﺎَﺟ
Jihad yang paling utama adalah menyampaikan
kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. (HR.
Abu Dawud)
Ketiga, Jihad dengan pena
Kedudukannya juga serupa dengan jihad bil lisan.
Inilah yang telah dilakukan para ulama’. Dengan
kitab-kitabnya, mereka telah melakukan pembelaan
sungguh-sungguh terhadap Islam. Dengan penanya,
mereka telah menjaga kemuliaan Islam dan
umatnya. Dengan tulisannya, mereka telah
mengobati penyakit umat, melawan syubhat yang
ditimbulkan orang-orang kafir dan munafik, serta
mendidik umat.
Berniat Jihad mulai sekarang
Ma’asyiral muslimin hafidzakumullah,
Terakhir kalinya, marilah kita niatkan diri kita untuk
berjihad membela agama Allah SWT. Kita memang
belum bertemu dengan kesempatan jihad qital.
Walau demikian Rasulullah mengajarkan kepada kita
untuk selalu berniat mendapatkannya suatu saat
nanti. Itulah yang kita tangkap dari sabda Rasulullah
SAW:
ْﻦَﻣ َﺕﺎَﻣ ْﻢَﻟَﻭ ُﺰْﻐَﻳ ْﻢَﻟَﻭ ْﺙِّﺪَﺤُﻳ ِﻪِﺑ ُﻪَﺴْﻔَﻧ َﺕﺎَﻣ
ﻰَﻠَﻋ ٍﺔَﺒْﻌُﺷ ٍﻕﺎَﻔِﻧ ْﻦِﻣ
Barangsiapa yang mati dan belum berjihad dan tidak
bertekad untuk berjihad, maka dia mati di atas
cabang dari kemunafikan. (HR. Muslim)
Kalaupun sampai mati kita tidak mendapatkan
kesempatan berjihad qital membela agama Allah,
minimal kita telah memiliki niat dan tekad untuk itu.
Serta kita telah berupaya melakukan jihad dalam
bentuknya yang lain baik dengan lisan maupun
dengan pena. Ramadhan merupakan momentum
yang tepat untuk menanamkan komitmen ini, dan
barangkali juga sangat tepat apa yang dikatakan oleh
sebuah maqalah:
Jika engkau belum mampu meneteskan darah untuk
Islam,
teteskanlah keringat dan air mata untuknya!
Wallaahu a’lam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar