Senin, 09 Juli 2012

Keutamaan sya.ban

Sya’ban adalah nama bulan kedelapan
dalam urutan bulan menurut perhitungan
kalender Qamariyah. Letaknya diapit oleh dua bulan mulia,
Rajab dan Ramadhan.
Rajab adalah salah satu di antara Asyhurul Hurum (empat
bulan mulia) yang ditetapkan Allah (QS. At-Taubah: 36).
Sedangkan Ramadhan, Rasulullah menyebutnya dengan
Sayyidus Suhur (penghulu bulan) yang diwajibkan berpuasa
di dalamnya. Dan pada bulan itu pula Allah menurunkan
Alquran.
Karena kemuliaannya itu, banyak orang berburu berkah
dengan meningkatkan frekuensi dan kualitas ibadahnya, baik
di bulan Rajab maupun Ramadhan.
Rasulullah pernah menyatakan bahwa Sya’ban akan
‘dianaktirikan’ oleh umatnya, karena mereka sibuk berburu
berkah pada bulan Rajab dan Ramadhan.
Sebagaimana dikisahkan oleh Aisyah RA, “Rasulullah banyak
berpuasa (pada Sya’ban) sehingga kita mengatakan, “Beliau
tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat
Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa
Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak
berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (Muttafaq
‘alaih).
Ketika Rasulullah ditanya oleh Usamah bin Zaid mengapa
beliau banyak berpuasa di bulan Sya’ban, Rasul menjawab,
“Karena bulan itu banyak dilalaikan manusia, padahal pada
bulan tersebut akan diangkat amalan-amalan seorang
hamba kepada Allah. Dan aku ingin amalanku diangkat
dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan An-
Nasa’i).
Dari hadis di atas, setidaknya ada beberapa pelajaran yang
bisa dipetik. Pertama, dengan kemuliaan Rajab, Ramadhan
maupun bulan haram lainnya, tidak berati bahwa nilai
keberkahan di luar bulan-bulan haram itu menjadi
berkurang.
Seperti Allah dan Rasul-Nya menetapkan Multazam sebagai
tempat mustajab doa, tetapi bukan berarti berdoa di
tempat-tempat lain tidak mustajab. Kedua, beribadah di
saat orang lain sedang lalai pasti akan terasa lebih berat.
Namun, karena berat itu pula maka nilainya menjadi
berlipat.
Waktu sepertiga akhir malam adalah waktu yang paling
nikmat untuk beristirahat melepas lelah setelah seharian
beraktivitas. Tapi di waktu itulah, Rasulullah menganjurkan
dan meneladankan untuk bangun, kemudian shalat tahajud,
beristighfar, dan berdoa.

Ketiga, mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui oleh
orang banyak tentu mengajarkan kita untuk selalu beramal
dengan ikhlas, jauh dari riya dan ingin dipuji orang lain.
Shalat berjamaah di masjid adalah perbuatan yang paling
berat dilakukan orang munafik, terutama shalat Isya dan
Subuh. Karena kedua shalat ini kemungkinan tidak dilihat
orang lain.

Keempat, dengan banyak beribadah di bulan Sya’ban,
termasuk berpuasa, setidaknya bisa dijadikan arena
pelatihan fisik sebelum memasuki Ramadhan. Untuk itu,
dengan waktu Sya’ban yang masih tersisa setengahnya, dan
15 hari lagi akan memasuki Ramadhan, semoga kita bisa
mengisi hari-harinya dengan banyak beribadah kepada Allah
agar kita menjadi insan mukmin yang bertakwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar