Senin, 09 Juli 2012

Misteri Bukit thursina?

''Demi buah tin dan zaitun. Demi (Bukit)
Thursina. Dan, demi negeri yang aman ini.'' (Attin ayat 1-3).
Tiga ayat di atas merupakan sumpah Allah SWT. Kalimat
atau kata-kata sumpah Allah juga terdapat pada beberapa
surah dan ayat lain dalam Alquran.
Memahami ayat tersebut, ternyata tidaklah mudah.
Berbagai pertanyaan muncul mengenai sumpah Allah
tersebut. Apa keistimewaan buah tin dan buah zaitun, di
mana sesungguhnya keberadaan Thursina, dan di mana
negeri yang aman itu.
Sejumlah ahli tafsir pun berbeda pendapat dalam
menafsirkan ketiga ayat di atas, misalnya Thursina. Hampir
semua ahli tafsir menyepakati bahwa Bukit Thursina adalah
bukit saat Musa menerima wahyu dari Allah. Namun,
mereka berbeda pendapat dalam memutuskan letak Bukit
Thursina tersebut. Setidaknya, ada tiga versi tentang Bukit
Thursina.

Versi Pertama
Sejumlah ahli tafsir meyakini bahwa Bukit Thursina
sebagaimana disebutkan dalam surah Attin berada di
wilayah Mesir yang lokasinya berada di Gunung Munajah, di
sisi Gunung Musa. Lokasi ini dikaitkan dengan keberadaan
Semenanjung Sinai. Pendapat ini didukung oleh Sayyid
Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilal al-Qur'an. Menurut Quthb,
Thursina atau Sinai itu adalah gunung tempat Musa
dipanggil berdialog dengan Allah SWT.
Dalam versi ini pula, banyak pihak yang meyakini bahwa
daerah Mesir adalah tempat yang disebutkan sebagai
Thursina. Sebab, di daerah ini, terdapat sebuah patung anak
lembu. Peristiwa ini dikaitkan dengan perbuatan Samiri,
salah seorang pengikut Nabi Musa yang berkhianat.
Dalam surah Al-A'raf ayat 148, disebutkan bahwa ''Kaum
Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai), mereka
membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat
melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka
tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat
berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula)
menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya
(sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang
zalim.''
Ketika kaum Bani Israil keluar dari tanah Mesir, mereka
banyak membawa perhiasan masyarakat Mesir (berupa
emas dan perak). Para wanita Bani Israil telah
meminjamnya dari mereka untuk dipakai sebagai hiasan.
Perhiasan tersebut dibawa ketika Allah memerintahkan
mereka keluar dari Mesir. Mereka kemudian melepaskan
perhiasan tersebut karena diharamkan. Setelah Musa pergi
ke tempat perjumpaan dengan Rabb-nya, Samiri mengambil
perhiasan itu dan menjadikannya sebagai patung anak
lembu yang bisa mengeluarkan suara melenguh jika angin
masuk ke dalamnya. Mungkin, segenggam tanah yang dia
ambil dari jejak utusan (Jibril) membuat patung anak lembu
tersebut dapat melenguh.
Sementara itu, dalam Kitab Perjanjian Lama, disebutkan
bahwa ''Ketika bangsa itu melihat Musa sangat lambat saat
turun dari gunung, mereka lalu berkumpul mengelilingi
Harun dan berkata, 'Buatkanlah tuhan yang dapat berjalan
di hadapan kami. Sebab, Musa ini orang yang telah
memimpin kami keluar dari Mesir. Kami tidak tahu apa yang
terjadi dengannya.' Harun kemudian berkata kepada
mereka, 'Lepaskan dan serahkanlah kepadaku anting-anting
emas yang ada pada istri, putra, dan putri kalian.' Seluruh
bangsa itu pun menanggalkan anting-anting emas dan
menyerahkannya kepada Harun. Harun menerima
perhiasan-perhiasan itu. Dia lalu melelehkan dan
menuangkannya ke patung yang bergambar anak lembu.
Mereka kemudian berkata, 'Hai Israil, inilah tuhan-tuhanmu
yang telah mengeluarkan kalian dari negeri Mesir.'' (Kitab
Keluaran ayat 2-5). Dalam kisah yang disebutkan pada Kitab
Perjanjian Lama, tampak Harun telah berbuat salah.
Sebaliknya, Alquran justru membebaskan Harun dari
perbuatan yang dituduhkan tersebut.
Karena itu, menurut sebagian ahli tafsir, Thursina terletak di
Sinai. Inilah versi pertama. Menurut Sami bin Abdullah al-
Maghluts, dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul,
pendapat pertama yang mengatakan Thursina berada di
wilayah Mesir sangat lemah. Sebab, perkataan itu hanya
mengandung kekeliruan pemahaman yang diidentikkan
dengan kata 'Sinai'.
''Siapa yang bisa memastikan bahwa yang dimaksud Allah
SWT dengan Thursina itu adalah Sinai, Mesir? Sekiranya
memang benar demikian, tentunya Allah SWT tidak
mengatakan Siniin jika maksudnya Sinai.

Versi Kedua
Mengutip pendapat Muhammad bin Abdul Mun'im al-
Himyari, dalam bukunya Al-Raudh al-Mi'thar fi Khabari al-
Aqthar, Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadis, menyatakan
bahwa Thursina adalah bukit yang terletak di barat daya
negeri Syam. Di sini, Allah SWT berbicara secara langsung
dengan Nabi Musa AS.
Sementara itu, dalam al-Qamus al-Islam, kata 'Thursina'
adalah gunung yang tandus atau gersang. Nama bukit
ThurSina disebutkan dalam Alquran sebagaimana surah
Attin ayat 1 dan surah Almu'minun ayat 20. Ar-Razi dalam
tafsirnya menyebutkan, banyak dalil yang menguatkan
pendapat bahwa yang dimaksud Thuur Siniin adalah bukit di
Baitul Maqdis.
Di antara pendapat yang disebutkan Ar-Razi adalah mufassir
seperti Qatadah dan al-Kalibi yang menyatakan kata Thuur
Siniin (Sinai) adalah bukit yang berpepohonan dan berbuah-
buahan. pakah ini adalah Sinai, Mesir? ''Kalau memang ya,
tentu tak seorang pun yang membantahnya,'' kata Sami.
Menurut Sami, justru yang dimaksud dalam ayat itu adalah
Thur Sina, bukit di Baitul Maqdis dan Balad al-Amin adalah
Makkah. Berikut argumentasinya. Allah berfirman, ''Dan,
pohon kayu yang keluar dari Thursina (pohon zaitun) yang
menghasilkan minyak dan menjadi makanan bagi orang-
orang yang makan.'' (Almu'minun ayat 20).
Ayat ini, kata Sami, mengikat dan menghimpun dengan kuat
antara 'Thursina' dan hasil bumi serta tumbuh-tumbuhan
penghasil minyak bagi orang yang makan. Sementara itu,
lanjutnya, di Sinai (Mesir) tidak ada pohon zaitun yang
mampu menghasilkan buah, apalagi mengeluarkan minyak.
Menurut dia, ayat 20 surah Almu'minun dan ayat 1-3 surah
Attin itu justru merujuk pada tanah suci di Palestina. Di
Palestina, jelas Sami, terdapat banyak pohon zaitun yang
terus berproduksi di sepanjang tahun sehingga penduduk di
sekitar Baitul Maqdis menamakannya dengan ''Bukit Zaitun''
dan Allah SWT telah berseru kepada Musa di tempat yang
diberkahi di sisi bukit.
''Maka, tatkala Musa sampai ke (tempat) api, diserulah Dia
(arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat
yang diberkahi dari sebatang pohon kayu." (Alqashash ayat
30).
Hal yang sama juga diungkapkan Ustaz Shalahuddin Ibrahim
Abu 'Arafah, seorang ulama asal Palestina. Menurutnya,
Bukit Thursina adalah tempat yang diberkahi. Dan, tempat
yang diberkahi itu adalah Palestina sebagaimana surah Al-
Isra ayat 1 yang menceritakan peristiwa Isra dan Mi'raj Nabi
Muhammad SAW.
Keterangan ini makin diperkuat lagi dengan ayat 6 surah
Annaziat dan ayat 21 surah Almaidah. ''Tatkala Tuhannya
memanggilnya di lembah suci, yaitu Lembah
Thuwa.'' (Annaziat: 6). ''Hai kaumku, masuklah ke tanah
Suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah
bagimu.'' (Almaidah: 21).
Lembah suci itu, jelas Sami, hanya ada dua, yaitu Makkah
dan Palestina. ''Karena itu, kita tidak boleh memalingkan
maknanya kepada yang lain tanpa bukti dan keterangan,''
jelasnya.
Merujuk pada hadis Rasulullah SAW yang menyatakan fitnah
Dajjal dan Isa bin Maryam bahwa Allah SWT akan memberi
wahyu kepada Isa bin Maryam sesudah dia membunuh
Dajjal di gerbang Lod di Baitul Maqdis, ''Bawalah hamba-
hamba-Ku berlindung ke bukit.''
Para ulama menyepakati bahwa konteks hadis itu adalah
Baitul Maqdis, bukan Sinai, Mesir. Apalagi, terdapat peristiwa
Nabi Musa AS menerima wahyu saat keluar dari Mesir akibat
kejaran Firaun. Karena itu, pendapat ini menegaskan bahwa
yang dimaksud Thursina itu sudah berada di luar Mesir.
Seperti diketahui, Semenanjung Sinai merupakan wilayah
yang sangat luas, yaitu mencapai 9.400 km persegi dengan
panjang sekitar 130 km. Dan, sisi pertamanya adalah Teluk
Aqabah dengan panjang 100 km. Di sisi keduanya adalah
Teluk Suez dengan panjang 150 km. Sedangkan, gunung
tertinggi di semenanjung Sinai adalah Gunung Katrina
(2.637 m).

Versi Ketiga
Selain kedua versi di atas, terdapat satu lagi tempat yang
diduga sebagai Bukit Thursina. Tempat itu adalah bukit
sebelah selatan Nablus (Palestina) atau yang dinamakan
Jurzayem.
Pendapat ini merujuk pada Bangsa Kan'an yang
membangun Kota Nablus dan menamakannya Syukaim,
yaitu nama yang diubah bangsa Ibrani pertama menjadi
Syukhaim, tempat tersebarnya kaum Yahudi dari sekte
Samiri. Dan, mereka adalah sekte yang meyakini lima kitab
dari Perjanjian Lama serta memercayai bahwa tempat suci
Yahudi terletak Bukit Thur, yaitu sebelah selatan Nablus.
Dari ketiga versi tersebut, tampaknya ada dua pendapat
yang sangat kuat, yaitu Sinai di Mesir dan Baitul Maqdis di
Palestina. Manakah Bukit Thursina yang sesungguhnya? Wa
Allahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar