Minggu, 15 Juli 2012

7 Optimalisasi shoum sb bulan tarbiah

Ikhwani wa akhwati fillah rahimakumullah ,
Bulan Ramadhan yang kini kita berada di dalamnya
juga dikenal sebagai Syahrut Tarbiyah ; Bulan
Pendidikan. Mengapa? Karena pada bulan Ramadhan
Allah SWT mendidik umat Islam secara langsung
dengan puasa. Pada bulan Ramadhan Rasulullah SAW
juga melakukan murajaah Al-Qur’an bersama Jibril,
dan aktifitas para shahabat dalam menuntut ilmu
mengalami peningkatan.
Ramadhan memang bulan yang sangat kondusif dan
mendukung aktifitas umat Islam untuk mengkaji ilmu
agama, sebab pada bulan ini syetan yang biasa
menggoda manusia serta menghembuskan
kemalasan kita dalam menuntut ilmu tengah
dibelenggu oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
ْﺪَﻗ ْﻢُﻛَﺀﺎَﺟ ُﺮْﻬَﺷ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ٌﺮْﻬَﺷ ٌﻙَﺭﺎَﺒُﻣ َﺽَﺮَﺘْﻓﺍ
ُﻪَّﻠﻟﺍ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻪَﻣﺎَﻴِﺻ ِﻪﻴِﻓ ُﺢَﺘْﻔُﻳ ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ
ُﻖَﻠْﻐُﻳَﻭ ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﻪﻴِﻓ ِﻢﻴِﺤَﺠْﻟﺍ ُّﻞَﻐُﺗَﻭ ِﻪﻴِﻓ
ُﻦﻴِﻃﺎَﻴَّﺸﻟﺍ ِﻪﻴِﻓ ٌﺔَﻠْﻴَﻟ ٌﺮْﻴَﺧ ْﻦِﻣ ِﻒْﻟَﺃ ٍﺮْﻬَﺷ ْﻦَﻣ
َﻡِﺮُﺣ ﺎَﻫَﺮْﻴَﺧ ْﺪَﻘَﻓ َﻡِﺮُﺣ
Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah,
diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan
pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka,
syetan-syetan dibelenggu, dan di dalamnya ada satu
malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang
siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia
telah benar-benar terhalang/terjauhkan (dari
kebaikan). (HR. Ahmad, Nasai, Baihaqi)
Ma’asyiral muslimin hafidzakumullah,
Ada banyak keutamaan thalabul ilmi, menuntut ilmu,
khususnya ilmu-ilmu agama, terlebih di bulan
Ramadhan yang merupakan syahrut tarbiyah ini.
Diantaranya adalah :
Allah Meninggikan Derajat Orang yang Berilmu
Siapakah diantara kita yang tidak ingin memperoleh
derajat yang tinggi di sisi Allah? Semua orang yang
beriman tentu menginginkannya. Dan derajat yang
tinggi itu bisa didapatkan dengan dua syarat; iman
dan ilmu. Sebagaimana firman Allah SWT:
ِﻊَﻓْﺮَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﺍﻮُﺗﻭُﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ
َﻢْﻠِﻌْﻟﺍ ٍﺕﺎَﺟَﺭَﺩ
… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat… (QS. Al-
Mujaadilah : 11)
Ibnu Hajar Al-Asqalani ketika menjelaskan ayat ini
dalam Fathul Bari mengatakan: “Derajat yang tinggi
memiliki dua konotasi, yaitu maknawiyah di dunia
dengan memperoleh kedudukan yang tinggi dan
reputasi yang bagus, dan hissiyah di akhirat dengan
kedudukan yang tinggi di surga”
Ketinggian derajat orang yang berilmu digambarkan
dalam sebuah hadits seperti keutamaan Rasulullah
SAW dibandingkan shahabatnya yang paling rendah.
ُﻞْﻀَﻓ ﻰَﻠَﻋ ِﻢِﻟﺎَﻌْﻟﺍ ِﺪِﺑﺎَﻌْﻟﺍ ﻰِﻠْﻀَﻔَﻛ ﻰَﻠَﻋ
ْﻢُﻛﺎَﻧْﺩَﺃ
Keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan ahli
ibadah adalah bagaikan keutamaanku dibandingkan
orang yang paling rendah diantara kalian. (HR.
Tirmidzi)
Ilmu adalah Syarat Generasi Rabbani
Hanya dengan bekal ilmu, khususny ilmu tentang Al-
Qur’an yang terus diperdalam dan juga diajarkan/
didakwahkan seseorang menjadi orang yang rabbani
dan sebuah generasi menjadi generasi yang rabbani.
Allah SWT berfirman:
ﺍﻮُﻧﻮُﻛ َﻦﻴِّﻴِﻧﺎَّﺑَﺭ ﺎَﻤِﺑ ْﻢُﺘْﻨُﻛ َﻥﻮُﻤِّﻠَﻌُﺗ َﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ ﺎَﻤِﺑَﻭ
ْﻢُﺘْﻨُﻛ َﻥﻮُﺳُﺭْﺪَﺗ
Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali
Imran : 79)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa
rabbani, menurut Ibnu Abbas, adalah orang yang
bijaksana, alim, lagi penyantu. Sementara menurut
Al-Hasan, rabbani ialah ahli ibadah dan ahli taqwa.
Ikhwatal iman rahimakumullah,
Kini banyak umat Islam yang merindukan serta
mencita-citakan kemenangan Islam. Namun banyak
yang lupa bahwa kemenangan itu hanya akan hadir
tatkala generasi rabbani terpenuhi dalam jumlah
yang banyak. Dan, inilah yang harus menjadi fokus
gerakan Islam jika mereka memang bercita-cita
meraih izzul Islam wal muslimin. Inilah yang juga
harus menjadi prioritas kita khususnya di bulan
Ramadhan ini, menjadi generasi rabbani dan menjadi
bagian dari kemenangan Islam.
ْﻦِّﻳَﺄَﻛَﻭ ْﻦِﻣ ٍّﻲِﺒَﻧ َﻞَﺗﺎَﻗ ُﻪَﻌَﻣ َﻥﻮُّﻴِّﺑِﺭ ٌﺮﻴِﺜَﻛ ﺎَﻤَﻓ
ﺍﻮُﻨَﻫَﻭ ﺎَﻤِﻟ ْﻢُﻬَﺑﺎَﺻَﺃ ﻲِﻓ ِﻞﻴِﺒَﺳ ِﻪَّﻠﻟﺍ ﺎَﻣَﻭ
ﺍﻮُﻔُﻌَﺿ ﺎَﻣَﻭ ﺍﻮُﻧﺎَﻜَﺘْﺳﺍ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ َﻦﻳِﺮِﺑﺎَّﺼﻟﺍ ُّﺐِﺤُﻳ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-
sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya)
yang rabbani. Mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
(QS. Ali Imran : 146)
Ilmu adalah Sumber Kebaikan
ْﻦَﻣ ِﺩِﺮُﻳ ُﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﺑ ﺍًﺮْﻴَﺧ ُﻪْﻬِّﻘَﻔُﻳ ِﻦﻳِّﺪﻟﺍ ﻰِﻓ
Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan,
Allah pasti memahamkan kepadanya urusan agama
ini. (Muttafaq ‘alaih)
Dr. Musthofa Said Al-Khin bersama 3 ulama’ lain saat
mengetengahkan hadits ini dalam Nuzhatul Muttaqin
Syarh Riyadhus Shalihin mengomentari: keutamaan
ilmu pengetahuan, sebab ilmu adalah sumber
kebaikan dan merupakan simbol kemudahan dan
ridha Allah SWT.
Memang demikianlah ilmu. Bagaimanakah seseorang
bisa beramal dengan benar tanpa didasari ilmu?
Bagaimana pula seseorang akan mampu melahirkan
perkataan yang tepat tanpa ilmu? Karenanya Imam
Bukhari membuat satu bab khusus dalam kitab
Shahih-nya: Al-Ilmu Qabla al-Qaul wa al-Amal .
Karenanya pula Umar bin Abdul Aziz berkata:
ﻦﻣ ﻞﻤﻋ ﺮﻴﻏ ﻲﻠﻋ ﻥﺎﻛ ﻢﻠﻋ ﺎﻣ ﺪﺴﻔﻳ ﺮﺜﻛﺍ
ﺢﻠﺼﻳ ﺎﻤﻣ
Barangsiapa yang beramal tanpa didasari ilmu, maka
unsur merusaknya lebih banyak dari pada
maslahatnya. (Sirah wa manaqib Umar bin Abdul
Aziz)
Menuntut Ilmu Memudahkan Masuk Surga
Ilmu merupakan jalan menuju surga. Dengan ilmu
seseorang bisa mengetahui mana yang haq dan
mana yang bathil. Dengan ilmu seseorang bisa
memahami mana yang halal dan mana haram.
Dengan ilmu seseorang mengerti perintah dan
larangan dari Rabb-nya. Dengan ilmu seseorang
memahami hak-hak Allah, bahkan rahasia-rahasia
syariat yang diturunkan-Nya. Maka, seseorang yang
menuntut ilmu akan dimudahkan oleh Allah SWT
menuju surga.
ْﻦَﻣَﻭ َﻚَﻠَﺳ ﺎًﻘﻳِﺮَﻃ ُﺲِﻤَﺘْﻠَﻳ ِﻪﻴِﻓ ﺎًﻤْﻠِﻋ َﻞَّﻬَﺳ
ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪَﻟ ِﻪِﺑ ﻰَﻟِﺇ ﺎًﻘﻳِﺮَﻃ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ
Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu,
maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga.
(HR. Muslim)
ْﻦَﻣ َﺝَﺮَﺧ ﻰِﻓ ِﺐَﻠَﻃ ِﻢْﻠِﻌْﻟﺍ َﻮُﻬَﻓ ﻰِﻓ ِﻞﻴِﺒَﺳ
ِﻪَّﻠﻟﺍ ﻰَّﺘَﺣ َﻊِﺟْﺮَﻳ
Barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia
termasuk di jalan Allah sampai ia kembali (HR.
Tirmidzi)
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Demikianlah sebagian keutamaan menuntut ilmu. Di
bulan ramadhan yang pahala kebaikan
dilipatgandakan, bahkan amal sunnah diberi pahala
seperti amal wajib, tentu pahala yang didapat dari
thalabul ilmi lebih besar dan keutamaannya lebih luar
biasa lagi. Di samping itu, ia juga menjadi faktor
penguat sehingga puasa kita menjadi puasa yang
berkualitas.
Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,
Dalam menuntut ilmu di bulan Ramadhan ini, kita
bisa memanfaatkan berbagai kajian yang ada.
Diantaranya yang sudah biasa disediakan oleh takmir
masjid di lingkungan kita adalah ceramah Tarawih
dan ceramah Shubuh. Kita manfaatkan keduanya
dengan sebaik-baiknya, kita perhatikan betul-betul
setiap ilmu yang disampaikan oleh muballigh
tersebut.
Pada siklus pekanan kita juga mendapatkan ilmu dari
khutbah Jum’at. Memang berat bagi banyak orang
untuk menahan kantuk pada saat itu. Mari kita
kuatkan untuk tetap menyimak khutbah yang
disampaikan sang khatib sebab di dalamnya ada
banyak ilmu dan tidak sempurna shalat jum’at kita
tanpa memperhatikan khutbah dengan baik.
Di samping itu, bagi yang memiliki waktu luang, ada
banyak taklim atau kajian Islam yang diselenggarakan
oleh berbagai pesantren, yayasan pendidikan,
organisasi dakwah, takmir masjid, dan lain-lain.
Bahkan ada juga pesantren kilat baik bagi pelajar,
mahasiswa, maupun umum. Kita bisa memanfaatkan
itu semua.
Satu hal yang barangkali lebih mudah dilakukan,
apalagi yang memang tidak memiliki banyak waktu
untuk pergi ke tempat-tempat taklim adalah dengan
membaca buku. Yang menjadi catatan adalah seperti
apa yang disampaikan Anis Matta dalam buku
Mengusung Peradaban yang Berkeimanan :
Harus dibedakan ilmu Islam dengan wawasan Islam.
Ilmu Islam itu: Al-Qur’an, tafsir, hadits, sejarah,
fiqih. Wawasan Islam misalnya ditulis oleh
cendekiawan kita: “Islam keindonesiaan”, “Islam
alternatif”, Desekularisasi Pemikiran”, “Cakrawala
Islam”. Itu bukan ilmu. Hanya wawasan.
Jadi, jika kita berniat mengkaji ilmu Islam dengan
membaca, bacalah ilmu Islam dari buku-buku yang
sudah kita yakini kebenarannya, atau dengan
pembandingnya. Bagi orang awam atau pembaca
konsumen, hindarkan dulu wawasan Islam.
Prioritaskan Ilmu Islam khususnya saat Ramadhan
ini.
Wallaahu a’lam bish shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar