Minggu, 15 Juli 2012

Ramadhan momen tepat tuk bertaubat

Jama'ah shalat
tarawih yang
dirahmati Allah,
Selain dikenal
sebagai syahrul
shiyam, syahrul
shabr , syahrut
tarbiyah, dan
syahrul jihad,
Ramadhan juga dikenal sebagai syahrut taubah .
Disebut sebagai syahrut taubah karena Ramadhan
memang saat yang tepat untuk bertaubat. Dan
sebaik-baik taubat adalah taubat yang segera, tanpa
menunggu dan menunda-nunda. Dengan demikian,
terkumpullah dua keutamaan jika kita bertaubat saat
ini: keutamaan karena Ramadhannya, dan
keutamaan karena menyegerakan taubat.
ﺍﻮُﻋِﺭﺎَﺳَﻭ ﻰَﻟِﺇ ٍﺓَﺮِﻔْﻐَﻣ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜِّﺑَﺭ
Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu (QS.
Ali Imran : 133)
Allah Menyambut Gembira Hamba-Nya yang
Bertaubat
Ikhwani wa akhwati fillah,
Allah SWT menyeru kita dengan ayat di atas untuk
menyegerakan taubat. Juga dalam ayat yang lainnya:
ﺎَﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ ﻰَﻟِﺇ ﺍﻮُﺑﻮُﺗ ِﻪَّﻠﻟﺍ ًﺔَﺑْﻮَﺗ
ﺎًﺣﻮُﺼَﻧ
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat nasuha (QS. At-Tahrim :
8)
Sebab Allah menghendaki hamba-Nya memperoleh
ampunan dan surga. Subhaanallah! Sungguh Dia
maha penyayang kepada hamba-hamba yang
beriman kepada-Nya.
ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ﻮُﻋْﺪَﻳ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﺓَﺮِﻔْﻐَﻤْﻟﺍَﻭ ِﻪِﻧْﺫِﺈِﺑ
< Dan Allah menyeru kalian kepada surga dan
ampunan dengan izin-Nya (QS. Al-Baqarah : 221)
Maka tidakkah kita bergegas menuju ampunan-Nya
dengan bertaubat di bulan Ramadhan ini. Jika kita
penuhi seruan Allah, seruan kasih sayang agar kita
bertaubat pada-Nya, sungguh, bukan saja kita akan
bergembira dengan ampunan dan surga-Nya kelak,
namun Allah juga gembira ketika kita mau bertaubat.
Kegembiraan Allah bahkan lebih besar daripada
seorang musafir yang menemukan kembali untanya
setelah hilang di gurun sahara berikut segala
perbekalan yang ada padanya.
Rasulullah SAW bersabda:
ُﻪَّﻠَﻟ ُّﺪَﺷَﺃ ﺎًﺣَﺮَﻓ ِﺔَﺑْﻮَﺘِﺑ َﻦﻴِﺣ ِﻩِﺪْﺒَﻋ ُﺏﻮُﺘَﻳ ِﻪْﻴَﻟِﺇ ْﻦِﻣ
َﻥﺎَﻛ ْﻢُﻛِﺪَﺣَﺃ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﺘَﻠِﺣﺍَﺭ ِﺽْﺭَﺄِﺑ ٍﺓَﻼَﻓ ْﺖَﺘَﻠَﻔْﻧﺎَﻓ
ُﻪْﻨِﻣ ﺎَﻬْﻴَﻠَﻋَﻭ ُﻪُﻣﺎَﻌَﻃ َﺲِﻳَﺄَﻓ ُﻪُﺑﺍَﺮَﺷَﻭ ﺎَﻬْﻨِﻣ
ﻰَﺗَﺄَﻓ ًﺓَﺮَﺠَﺷ َﻊَﺠَﻄْﺿﺎَﻓ ﻰِﻓ ﺎَﻬِّﻠِﻇ ْﺪَﻗ َﺲِﻳَﺃ
ْﻦِﻣ ِﻪِﺘَﻠِﺣﺍَﺭ ﺎَﻨْﻴَﺒَﻓ َﻮُﻫ َﻚِﻟَﺬَﻛ ﺍَﺫِﺇ َﻮُﻫ ًﺔَﻤِﺋﺎَﻗ ﺎَﻬِﺑ
ُﻩَﺪْﻨِﻋ ﺎَﻬِﻣﺎَﻄِﺨِﺑ َﺬَﺧَﺄَﻓ َّﻢُﺛ َﻝﺎَﻗ ْﻦِﻣ ِﺓَّﺪِﺷ ِﺡَﺮَﻔْﻟﺍ
َﺖْﻧَﺃ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ ﻯِﺪْﺒَﻋ ﺎَﻧَﺃَﻭ .َﻚُّﺑَﺭ
َﺄَﻄْﺧَﺃ ْﻦِﻣ ِﺡَﺮَﻔْﻟﺍ ِﺓَّﺪِﺷ
Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-
Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada
(kegembiraan) seseorang yang menunggang untanya
di tengah gurun sahara yang sangat tandus, lalu unta
itu terlepas membawa lari bekal makanan dan
minumannya. Ia putus harapan untuk
mendapatkannya kembali. Kemudian dia
menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di
bawah keteduhannya karena telah putus asa
mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika
dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati
untanya telah berdiri di hadapannya. Lalu segera ia
menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam
keadaan sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah
hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu." Dia salah
mengucapkan karena sangat gembira. (HR. Muslim)
Apapun Dosa Kita, Bertaubatlah
Ada dua titik ekstrim bagi orang yang berdosa.
Ekstrim pertama adalah mereka yang merasa dosanya
terlalu besar hingga putus asa dari ampunan Allah.
Maka, ia pun tidak kunjung bertaubat karena
kekhawatiran taubatnya tidak diterima. Ekstrim kedua
adalah mereka yang merasa dosa-dosanya mudah
terhapus, hanya dosa-dosa kecil, sehingga
membuatnya berlarut-larut dalam dosa demi dosa.
Kalaupun bertaubat, ia hanya melakukan taubat
sambal. Sekarang berhenti, nanti atau besok kembali
mengulangi. Tidak pernah sungguh-sungguh
melakukan taubat nasuha .
Untuk ekstrim pertama, lihatlah bagaimana seorang
yang telah membunuh 99 nyawa. Saat ia bertanya
kepada ahli agama apakah ada kesempatan
bertaubat, ternyata dijawab tidak bisa. Lalu ia pun
dibunuh sebagai orang ke-100 yang mati di
tangannya. Niatnya bertaubat tidak berhenti. Ketika
bertemu seorang alim, ia pun mengajukan
pertanyaan yang sama. Oleh sang alim ini dijawab
kalau dosanya bisa diampuni. Dan sebagai upaya
taubat nasuha, ia dianjurkan hijrah ke suatu daerah
yang kondusif bagi taubatnya. Di tengah jalan, ia
meninggal. Hingga berdebatlah malaikat rahmat dan
malaikat azab, orang ini menjadi urusan siapa.
Keduanya lalu mengadukan perselisihan ini kepada
Allah yang berkahir dengan ampunan bagi
pembunuh yang benar-benar berniat bertaubat ini.
Subhaanallah!
Contoh lain dialami oleh seorang wanita dari
Juhanah. Ia yang tengah hamil datang kepada
Rasulullah SAW. Ia mengaku telah berzina dan kini ia
hamil. Wanita itu bertaubat dan meminta ditegakkan
hudud (rajam) atasnya. Rasulullah menyuruh wanita
itu kembali untuk menjaga kandungannya sampai
bayinya lahir. Setelah berselang beberapa lama dan
bayinya telah lahir, wanita itu datang lagi meminta
dirajam. Akhirnya ia dirajam. Rasulullah
menshalatkan jenazahnya. "Ya Rasulullah, engkau
menshalatinya padahal ia telah berbuat zina?" tanya
Umar bin Khatab meminta penjelasan. Maka
Rasulullah SAW bersabda:
ْﺪَﻘَﻟ ًﺔَﺑْﻮَﺗ ْﺖَﺑﺎَﺗ ْﻮَﻟ ْﺖَﻤِﺴُﻗ َﻦْﻴَﺑ َﻦﻴِﻌْﺒَﺳ ْﻦِﻣ
ِﻞْﻫَﺃ ِﺔَﻨﻳِﺪَﻤْﻟﺍ ْﻢُﻬْﺘَﻌِﺳَﻮَﻟ ْﻞَﻫَﻭ َﺕْﺪَﺟَﻭ ًﺔَﺑْﻮَﺗ
َﻞَﻀْﻓَﺃ ْﻦِﻣ ْﻥَﺃ ْﺕَﺩﺎَﺟ ﺎَﻬِﺴْﻔَﻨِﺑ ِﻪَّﻠِﻟ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ
Sungguh dia telah bertaubat. Seandainya taubatnya
dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, taubat itu
pasti mencukupinya. Apakah kamu menjumpai
seseorang yang lebih utama daripada seorang yang
mengorbankan dirinya untuk Allah Ta'ala? (HR.
Muslim)
Pembagian Dosa
Jama'ah shalat tarawih yang dirahmati Allah,
Imam Al-Ghazali di dalam Ihya' Ulumuddin
menyebutkan sifat-sifat pembangkit dosa yang
kemudian diringkas oleh Ibnu Qudamah dalam
Mukhtashar Minhajul Qashidin . Menurut beliau, sifat
pembangkit dosa dibagi menjadi empat:
1. Sifat rububiyah (ketuhanan). Dari sini muncul
takabur, membanggakan diri, mencintai pujian dan
sanjungan, mencari popularitas, dan lain sebagainya.
Ini termasuk dosa-dosa yang merusak, sekalipun
banyak orang yang melalaikannya dan menganggap
bukan dosa
2. Sifat syaithaniyah (kesetanan). Dari sini muncul
kedengkian, kesewenang-wenangan, mnipu,
berdusta, makar, kemunafikan, menyuruh pada
kerusakan, dan lain-lain.
3. Sifat-sifat bahamiyah (kebinatangan). Dari sini
muncul kejahatan, memenuhi nafsu perut dan
syahwat kemaluan, zina, homoseks, mencuri, dan
lain-lain
4. Sifat sabu'iyah (kebuasan). Dari sini muncul
amarah, dengki, menyerang orang lain, membunuh,
merampas harta, dan lain-lain.
Diantara empat sifat itu, penjenjangannya bermula
dari bahamiyah. Bahamiyah yang dominan lalu
diikuti oleh sabu'iyah , kemudian syaithaniyah dan
rububiyah .
Dari keempat jenis itu, menurut sasarannya, dosa
dibagi menjadi dua, yakni dosa yang berkaitan
dengan hak Allah dan dosa yang berkaitan dengan
hak sesama manusia. Dosa yang berkaitan dengan
hak Allah SWT ada yang diampuni dan ada yang tidak
diampuni. Yang tidak diampuni adalah dosa syirik,
sementara dosa yang lain akan diampuni oleh Allah
SWT, jika Dia Menghendaki. Sedangkan dosa kepada
sesama manusia akan diampuni oleh Allah jika hak
itu telah dihalalkan atau ditegakkan qishah atasnya di
akhirat nanti.
Rasulullah SAW bersabda:
ﺔﺛﻼﺛ ﻢﻠﻈﻟﺍ ﻢﻠﻈﻓ ﻪﻛﺮﺘﻳ ﻻ ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻠﻇﻭ ﺮﻔﻐﻳ
ﻢﻠﻇﻭ ﻻ ﺮﻔﻐﻳ ﺎﻣﺄﻓ ﻢﻠﻈﻟﺍ ﻱﺬﻟﺍ ﻻ ﺮﻔﻐﻳ
ﻙﺮﺸﻟﺎﻓ ﻻ ﻩﺮﻔﻐﻳ ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻣﺃﻭ ﻢﻠﻈﻟﺍ ﻱﺬﻟﺍ
ﺮﻔﻐﻳ ﺪﺒﻌﻟﺍ ﻢﻠﻈﻓ ﺎﻤﻴﻓ ﻦﻴﺑﻭ ﻪﻨﻴﺑ ﻪﺑﺭ ﺎﻣﺃﻭ
ﻢﻠﻈﻟﺍ ﻱﺬﻟﺍ ﻻ ﻢﻠﻈﻓ ﻙﺮﺘﻳ ﺩﺎﺒﻌﻟﺍ ﺺﺘﻘﻴﻓ
ﻪﻠﻟﺍ ﻢﻬﻀﻌﺑ ﻦﻣ ﺾﻌﺑ
Kezaliman itu ada tiga: kezaliman yang Allah tidak
meninggalkannya, kezaliman yang mendapat
ampunan, dan kezaliman yang tidak mendapat
ampunan. Kezaliman yang tidak mendapat ampunan
adalah syirik, maka Allah takkan mengampuninya.
Kezaliman yang mendapat ampunan adalah
kezaliman antara hamba kepada Rabb-nya.
Sedangkan kezaliman yang tidak akan ditinggalkan/
dibiarkan Allah adalah kezaliman antar manusia,
maka Allah akan memberi qashah sebagian atas
sebagian lainnya. (HR. Thayalisi, dihasankan Al-Albani
dalam Silsilah Ash-Shahihah)
Yang paling umum, biasanya dosa dibagi menjadi
dua: dosa besar dan dosa kecil. Jika kita telusuri
hadits, dosa besar yang biasa disebutkan adalah
syirik, sihir, riba, makan harta anak yatim, lari dari
medan perang, dan menuduh wanita mukminah
yang baik sebagai pezina. Tujuh jenis dosa besar ini
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Sedangkan dalam riwayat Imam Bukhari yang lain
disebutkan durhaka kepada orang tua termasuk dosa
besar, sedangkan dalam riwayat Imam Muslim yang
lain disebutkan pula perkataan atau kesaksian palsu.
Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin
menyebutkan pendapat Abu Thalib Al-Makki yang
merinci dosa besar menjadi 17 jenis. 4 jenis di hati:
syirik, fasiq, putus asa dari rahmat Allah, dan merasa
aman dari tipudaya-Nya. 4 jenis di lidah: kesaksian
palsu, menuduh wanita mukminah, sumpah palsu,
dan sihir. 3 di perut: minum khamr, memakan harta
yatim, dan riba. 2 di kemaluan: zina dan homoseks. 1
di kaki: lari dari medan perang. Dan 1 di seluruh
badan: durhaka pada orang tua.
Jangan Remehkan Dosa Kecil
Hadirin yang dirahmati Allah,
Seringkali kita terjebak pada sikap meremehkan dosa
kecil. Saat kita ghibah, bercanda yang sudah masuk
kategori rafats (porno), bahkan bergaul dengan lawan
jenis yang tidak islami, kita beralasan "itu kan dosa
kecil, tidak apa-apa". Padahal orang yang
meremehkan dosa ia tidak sadar sedang berhadapan
dengan siapa. Siapakah yang ia maksiati? Allah SWT
yang Maha Besar dan Maha Keras adzab-Nya. Juga,
tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.
ﻻ ﺓﺮﻴﻐﺻ ﻊﻣ ﺭﺍﺮﺻﻹﺍ
Tidak ada dosa kecil selagi terus dikerjakan, (HR.
Dailami)
Ibarat sebuah bintik noda, dosa kecil pun akan
mengotori hati. Semakin banyak dosa semakin
banyak pula noda di hati.
َّﻥِﺇ َﻦِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﺍَﺫِﺇ َﺐَﻧْﺫَﺃ ْﺖَﻧﺎَﻛ ٌﺔَﺘْﻜُﻧ ُﺀﺍَﺩْﻮَﺳ ﻰِﻓ
ْﻥِﺈَﻓ ِﻪِﺒْﻠَﻗ َﺏﺎَﺗ َﻉَﺰَﻧَﻭ َﺮَﻔْﻐَﺘْﺳﺍَﻭ َﻞِﻘُﺻ ُﻪُﺒْﻠَﻗ ْﻥِﺈَﻓ
َﺩﺍَﺯ ْﺕَﺩﺍَﺯ
Sesungguhnya, apabila seorang mukmin berbuat
dosa, maka muncul bintik hitam dalam kalbunya.
Kemudian jika ia bertaubat, meninggalkan dosa dan
memohon ampun, maka hatinya bersih. Dan jika
dosa-dosanya bertambah, bintik hitam itupun
bertambah (HR. Ibnu Majah dan Ahmad, "hasan")
Marilah Bertaubat Sebelum terlambat
Jama'ah shalat tarawih yang dirahmati Allah,
Marilah kita sambut seruan Allah untuk bertaubat
sebelum kita terlambat. Kini Allah menganugerahkan
momentum yang luar biasa kepada kita untuk
menjalani taubatan nasuha. Ramadhan yang sangat
kondusif dengan amal shalih dan minim pengaruh
negatif dibandingkan bulan lainnya, adalah
kesempatan berharga yang belum tentu datang lagi
kepada kita. Bukankah kita tidak pernah bisa
menjamin bahwa kita akan tetap hidup sampai
Ramadhan berikutnya jika kita menunda taubat saat
ini? Dan bukankah pintu taubat akan ditutup saat kita
mengalami sakaratul maut?
َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ ُﻞَﺒْﻘَﻳ َﺔَﺑْﻮَﺗ ِﺪْﺒَﻌْﻟﺍ ْﻢَﻟ ﺎَﻣ ْﺮِﻏْﺮَﻐُﻳ
Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi
ia belum sekarat (HR. Tirmidzi, Ahmad, Thabrani,
Ibnu Hibban, dan Abu Ya'la)
َّﻥِﺇ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﺰَﻋ َّﻞَﺟَﻭ ُﻂُﺴْﺒَﻳ ُﻩَﺪَﻳ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺎِﺑ َﺏﻮُﺘَﻴِﻟ
ُﺀﻰِﺴُﻣ ِﺭﺎَﻬَّﻨﻟﺍ ُﻂُﺴْﺒَﻳَﻭ ُﻩَﺪَﻳ ِﺭﺎَﻬَّﻨﻟﺎِﺑ َﺏﻮُﺘَﻴِﻟ
ُﺀﻰِﺴُﻣ ِﻞْﻴَّﻠﻟﺍ ﻰَّﺘَﺣ َﻊُﻠْﻄَﺗ ُﺲْﻤَّﺸﻟﺍ ْﻦِﻣ
ﺎَﻬِﺑِﺮْﻐَﻣ
Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari
agar orang yang berbuat maksiat di siang hari
bertaubat, dan Allah membentangkan tangan-Nya di
siang hari agar orang yang berbuat maksiat di malam
hari bertaubat. (Demikian itu tetap terjadi) sampai
matahari terbit dari barat. (HR. Muslim)
Terlalu banyak pengalaman yang menunjukkan
kepada kita bahwa kematian datang tanpa
memandang apakah seseorang masih muda atau
sudah tua, miskin atau kaya, juga dalam kondisi
sehat atau sakit-sakitan? Bukankah jalan kematian
bukan hanya lewat sakit di usia tua? Kematian bisa
datang lewat kecelakaan kerja, kecelakaan di jalan
raya, sakit mendadak, dan juga bencana serta berjuta
cara yang tidak pernah bisa kita tebak dengan cara
apa ia datang kepada kita.
Syarat Bertaubat
Imam An-Nawawi di dalam Riyadhus Shalihin
menyampaikan syarat bertaubat secara singkat dalam
tiga langkah. Pertama , berhenti dari dosa yang
dilakukan. Kedua , menyesali dosa yang telah
dilakukan. Dan ketiga, bertekad untuk tidak
mengulangi dosa itu. Itu jika bertaubat terhadap
dosa yang berkaitan dengan hak Allah.
Sedangkan jika dosa berkaitan dengan hak manusia,
maka syarat taubat ditambah satu lagi, yaitu
membebaskan diri dari hak manusia tersebut.
Pembebasan ini tentu dengan penghalalan dari yang
terzalimi atau mendapat keikhlasan darinya.
Maka orang yang minum khamr dalam kesendirian
misalnya, untuk bertaubat cukup ia berhenti minum
khamr, menyesalinya, dan tidak mengulanginya.
Namun jika seseorang mencuri harta orang lain,
selain tiga langkah tersebut ia harus mendapat maaf
dari orang yang dicuri dengan mengembalikan
hartanya atau mendapatkan kehalalan darinya.
Semoga Ramadhan yang juga disebut syahrut
taubah ini kita manfaatkan bersama sebagai
momentum taubatan nasuha. Dan karenanya Allah
menganugerahkan ampunan dan surga-Nya kepada
kita. Allaahumma aamiin. Wallaahu a'lam bish
shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar