Senin, 09 Juli 2012

toleransi ala Rasul

Rasulullah adalah tokoh teladan terbaik
dalam mengajarkan sikap toleransi kepada
umatnya.
Toleransi merupakan sikap untuk mengayomi orang-orang
yang berbeda keyakinan dan kedudukan yang tidak menebar
permusuhan. Rasulullah tidak hanya sebagai Nabi, beliau
juga kepala keluarga, panglima perang, dan kepala negara.
Kedudukan dan kekuasaan yang diperolehnya tidak
menjadikannya sebagai orang yang bertindak kasar dan
keras.
Sebagai Nabi, sikap toleransi yang beliau tunjukkan ialah
memaafkan dan bahkan mendoakan kaum yang telah
berbuat jahat kepada beliau ketika berdakwah. Setelah
wafatnya paman beliau, Abu Thalib, Nabi SAW berkunjung
ke perkampungan Thaif. Beliau menemui tiga orang dari
pemuka suku kaum Tsaqif, yaitu Abdi Yalel, Khubaib, dan
Mas'ud.
Nabi mengajak mereka untuk melindungi para sahabatnya
agar tidak diganggu oleh suku Quraisy. Namun, kenyataan
pedih yang dialami beliau. Nabi diusir dan dilempari batu
oleh kaum Tsaqif. Akibatnya, darah pun mengalir dari tubuh
beliau.
Menyaksikan kejadian itu, Malaikat Jibril memohon izin
untuk menghancurkan kaum Tsaqif karena telah menyiksa
Nabi. Namun, apa jawaban Nabi? “Jangan! Jangan! Aku
berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka
keturunan yang akan menyembah Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan apa pun.”
Beliau pun berdoa untuk kaum Tsaqif. "Ya Allah, berilah
petunjuk kepada kaumku, karena mereka belum
mengetahui (kebenaran).” (HR Baihaqi).
Pada lain kesempatan, sebagai pemimpin negara, Rasulullah
SAW juga menunjukkan sikap tolerannya. Ketika terjadi
keributan antara kaum Muslim dan kaum Quraisy serta
Yahudi, Rasul menawarkan solusi dengan membuat Piagam
Madinah untuk mencari kedamaian dan ketenteraman
kehidupan di masyarakat. Seperti yang terdapat pada pasal
16 yang tertulis, “Sesungguhnya orang Yahudi yang
mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan,
sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan ditentang.”
Selain Piagam Madinah, pada peristiwa penaklukkan Kota
Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah SAW juga menunjukkan
toleransi yang sangat indah. Penduduk Makkah yang selama
ini memusuhi Rasulullah, ketakutan ketika umat Islam
berhasil menaklukkan Kota Makkah. Sebab, sebelum
penaklukan itu, umat Islam sering ditindas oleh kaum kafir
Quraisy Makkah. Tak jarang, mereka juga menghalang-
halangi dakwah Rasul, bahkan hingga bermaksud
membunuhnya.
Namun, setelah penaklukkan Kota Makkah itu, Rasul
memaafkan sikap mereka. Tidak ada balas dendam.
Kekuasaan yang dimilikinya, tak menjadikan diri Rasul
menjadi sombong atau bertindak sewenang-wenang. Ketika
penduduk Quraisy menanti keputusan beliau, Rasul
bersabda, “Saya hanya katakan kepada kalian sebagaimana
ucapan Nabi Yusuf kepada para saudaranya, 'Tiada celaan
atas kalian pada hari ini'. Pergilah! Kalian semua bebas.” (HR
Baihaqi).
Itulah di antara contoh toleransi Rasulullah. Pantaslah bila
beliau menjadi suri teladan bagi umat Islam dalam berbagai
hal. (QS al-Ahzab: 21).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar