Kamis, 05 Juli 2012

Andai lebih panjang. , hmmm

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu
sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar
jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat
pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur
dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap
bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rosulullah berkata,” Tidakkah almarhum
mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”
Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan
sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-
sengal menjelang ajal” “Apa yang di katakannya?” “saya
tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu
sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih
karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya
memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat
yang terpotong-potong."
“Bagaimana bunyinya?” desak Rosulullah.
Istri yang setia itu menjawab, “suami saya mengatakan
“Andaikata lebih panjang lagi….andaikata yang masih
baru…. andaikata semuanya….”
hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung
dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan
dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang
tidak selesai?”
Rosulullah tersenyum.”sungguh yang diucapkan
suamimu itu tidak keliru,”ujarnya.
Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas
akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum’at.
Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang
bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak
ada yang menuntun.

Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di
masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas
penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya
itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”.
Maksud suamimu, andaikata jalan ke masjid itu lebih
panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar lagi.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?”tanya sang istri mulai
tertarik.
Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua
dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya
yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke
masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi
jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk
menggigil, hampir mati kedinginan.

Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru,
selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya
yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan
mantelnya yang baru lalu dikenakannya.

Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat
balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun
menyesal dan berkata, “Coba andaikan yang masih yang
kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama,
pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”.Itulah yang
dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya
Rosulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu.
Dengan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada
suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat
lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau
menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur
dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya,
tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan
meminta makanan.

Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong,
yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan
demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia
menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya
itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘ kalau aku
tahu begini hasilnya,
musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab
andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti
ganjaranku akan berlipat ganda.
oOo
Ayo kita menabung sebanyak-banyak bekal untuk
akhirat. Beramallah dengan maksimal, jangan
setengah-setengah. Karena kebaikan akan memberikan
berkah pagi pelakunya di dunia dan di akhirat
ْﻥِﺇ ْﻢُﺘﻨَﺴْﺣَﺃ ْﻢُﺘﻨَﺴْﺣَﺃ ْﻥِﺇَﻭ ْﻢُﻜِﺴُﻔﻧَﻷ ْﻢُﺗْﺄَﺳَﺃ ﺎَﻬَﻠَﻓ
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik
bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”. (Al-Isra:7)
Tidak pernah rugi sedikitpun, orang yang berbuat
kebaikan.. Semoga kita kelak bukan termasuk orang-
orang yang menyesal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar