Selasa, 31 Juli 2012

Sop batu!

alam cerita rakyat Yunani kuno dikisahkan suatu hari
tiga orang prajurit singgah di perkampungan yang
miskin akibat korban perang. Dalam kondisi letih dan
lapar mereka sebenarnya berharap ada salah satu dari
masyarakat desa tersebut yang bisa memberinya
tumpangan untuk isitirahat dan sedikit makanan. Alih-alih
mendapatkan pertolongan, yang ada masyarakt desa
malah berkeluh kesah tentang problem mereka, kerusakan
desa, gagal panennya dan kemiskinan yang melanda. Maka
tiga prajurit yang gagah berani ini terpanggil untuk
memberi solusi bagi desa yang kehilangan kepemimpinan
tersebut
Dikumpulkannya masyarakat desa dengan woro-woro
bahwa para prajurit yang datang ke desa itu akan
mengajari masyarakat untuk membuat sop dari batu. Siapa
yang tidak tertarik ?, kalau batu saja bisa jadi sop – pasti
desa itu tidak lagi ada problem pangan – pikir mereka.
Setelah masyarakat ngumpul, mulailah para prajurit ini
mangajak masyarakat untuk mengumpulkan kayu bakar
dan membuat api unggun besar. Mereka juga minta
disediakan kwali yang paling besar yang ada di desa itu agar
semua kebagian sup batu yang akan mulai dimasak. Untuk
batunya sendiri tidak perlu banyak, cukup tiga batu ukuran
kecil.
Dengan penasaran masyarakat menyaksikan air yang mulai
mendidih di kwali besar, mereka juga mengamati tiga
prajurit yang membagi tiga batu kecil tersebut satu per satu
diantara mereka bertiga.
Prajurit pertama mulai memasukkan batunya ke kwali
sambil berkata “…nggak usah kawatir, ini akan menjadi sup
yang enak… ”. Prajurit kedua mengikuti “…ini akan cukup
untuk semua yang hadir disini… ”. Prajurit ketiga-pun
mengikutinya ambil berkata : “…akan tambah enak bila ada
yang nambahi garam, kubis atau sejenisnya”.
Tiba-tiba diantara masyarakat yang hadir ada yang nyletuk :
“ oh iya, di rumah saya ada garam… ”, kemudian berlari dia
mengambil garamnya. Yang lain ikutan : “…saya masih ada
sedikit kubis di rumah… ”, berlari pula dia mengambilnya.
Yang lain tidak mau kalah, ada yang berlari mengambil
wortel, lobak dan lain sebagainya.
Walhasil malam itu mereka berhasil memasak ‘sop batu’
dengan berbagai tambahannya yang lezat-lezat. Jumlahnya
cukup banyak untuk berbagi ke seluruh yang hadir - Tentu
saja tiga batu kecil yang dimasukan pertama ke kwali tidak
perlu ikut dimakan !. Mereka makan kenyang malam itu
dan tiga orang prajurit ini tidur kelelahan di tanah lapang
desa itu.
Paginya mereka dibangunkan oleh suara ramai; rupanya
masyarakat desa pagi itu kembali ke lapangan dengan
membawa berbagai makanannya, ada roti, selai, keju dlsb.
Kepada tiga prajurit yang baru bangun tersebut, mereka
menyampaikan : “ ….kami berterima kasih kepada Anda
yang telah mengajari kami untuk berbagi, milik kami yang
serba sedikit tidak cukup untuk kami sendiri…tetapi
ternyata malah menjadi cukup ketika kita berbagi… ”. Sejak
peristiwa ‘sop batu’ tersebut masyarakat desa menjalani
hidup dengan terus saling berbagi.
Inti dari pelajaran ini adalah dibutuhkan kepemimpinan di
masyarakat untuk menyelesaikan masyalahnya. Ketika
masyarakat dipimpin utuk berbagi – maka mereka akan
berbagi. Di setiap harta kita ada hak orang lain yang
meminta maupun yang tidak meminta, dan keberkahan itu
akan datang bila hak tersebut memang kita berikan.
Berbagi tidak akan membuat orang jatuh miskin, malah
sebaliknya dia akan memperoleh yang lebih banyak.
Berbagi harta membuat harta bertambah berkah, berbagi
ilmu membuat kita bertambah pintar. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar