Sabtu, 11 Februari 2012

14feb Hari mentup aurat int'l


berapa hari belakangan ini, saya melihat banyak banner
kampanye di situs jejaring sosial, utamanya facebook
tentang "Hari Menutup Aurat Internasional" pada tanggal 14
Februari. Rupanya, kampanye ini untuk mengkonter Hari
Valentine yang jatuh pada hari yang sama, dan kerap
dirayakan banyak orang sebagai hari kasih sayang.
Meski agak janggal, mengapa buat mengkonter Hari Kasih
Sayang dilakukan dengan "Hari Menutup Aurat
Internasional", tapi sepanjang tujuannya positif, ya ok-ok aja
lah ...
Saya memahami "Hari Menutup Aurat" dengan kampanye
untuk mengenakan jilbab (mudah-mudahan gak salah yah).
Kalau ya, saya tidak tahu apakah penyelenggara Hari
Menutup Aurat Internasional tahu bahwa sebenarnya sudah
ada hari jilbab internasional yang diperingati setiap tanggal
4 September.
Adalah organisasi Assembly for the Protection of Hijab yang
memutuskan setiap tanggal 4 September sebagai Hari Jilbab
Internasional. Keputusan itu ditetapkan pada bulan Juli 2009
beberapa hari setelah peristiwa tragis yang menimpa
Marwah Al-Sharbini, seorang muslimah asal Mesir yang
gugur syahid setelah ditikam berkali-kali oleh seorang
pemuda Jerman yang tak suka melihat jilbab yang dikenakan
Marwah Al-Sharbini.
Jadi masyarakat dunia sebenarnya sudah memperingati
"Hari Menutup Aurat Internasional" sejak tahun 2009. Entah
kemana Indonesia selama ini ....dan baru sadar sekarang.
Tapi gak apa-apa ya, daripada enggak sama sekali. Better
Late than Never, kata pepatah.
Cuma menurut saya sih, enggak perlu ada lagi "Hari
Menutup Aurat Internasional" karena hari serupa sudah ada,
jadi alangkah baiknya jika terkordinasi saja dengan Hari
Jilbab Internasional Assembly for the Protection of Hijab, kan
kelihatan umat Islam lebih kompak tuh.
Dan kayaknya agak gak nyambung ya kalau "Hari Menutup
Aurat Internasional" dihubungkan dengan Hari Valentine's
Day. Kenapa kampanyenya gak langsung to the point aja,
"Muslim Indonesia Tolak Valentine's Day" misalnya.
Nah, buat yang belum tahu soal "Hari Jilbab Internasional"
setiap tanggal 4 September, serta apa dan bagaimana
organisasi Assembly for the Protection of Hijab yang
menetapkan hari jilbab internasional itu. berikut tulisan
yang pernah saya posting di blog pada tahun 2011 lalu.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.
-----
4 September, Mengapa Ada Hari Jilbab Internasional?
Ketua Assembly for the Protection of Hijab, Abeer Pharaon
lewat situs Islamonline bulan Juli kemarin menyerukan
umat Muslim se-dunia untuk menjadikan Hari Jilbab
Internasional yang jatuh setiap tanggal 4 September sebagai
hari solidaritas untuk mengenang Marwa Al-Sharbini,
seorang muslimah asal Mesir yang dibunuh oleh seorang
pemuda Jerman keturunan Rusia di ruang sidang kota
Dresden, Jerman awal Juli lalu.
Abeer mengatakan, Marwa Al-Sharbini adalah seorang
martir bagi perjuangan muslimah yang mempertahankan
jilbabnya. "Ia menjadi korban Islamofobia, yang masih
dialami banyak Muslim di Eropa. Kematian Marwa layak
untuk diperingati dan dijadikan sebagai Hari Hijab Sedunia,"
kata Abeer.
Jilbab memang masih menjadi hal yang menakutkan bagi
sebagian orang. Bukan hanya di negara-negara Barat yang
mayoritas penduduknya non-Muslim, bahkan di negara-
negara yang penduduknya mayoritas Muslim seperti
Indonesia. Bukti bahwa jilbab masih belum sepenuhnya
mendapat tempat di negeri ini salah satu contohnya, masih
banyak rumah-rumah sakit di negeri ini yang
memberlakukan larang berjilbab terutama bagi tenaga
perawatnya dan masalah ini masih belum menjadi
perhatian para pemimpin di negeri ini yang seharusnya
memberikan perlindungan terhadap hak-hak sipil seluruh
warga negaranya.
Tapi itulah faktanya, jika di negeri Muslim seperti Indonesia
saja jilbab masih menjadi hal yang menakutkan, bukan hal
yang mengherankan jika banyak muslimah berjilbab di
negeri-negeri non-Muslim yang mengalami diskriminasi,
pelecehan dan penghinaan hanya karena mengenakan
jilbab. Bahkan di beberapa negara, jilbab terang-terangan
dilarang. Itulah sebabnya mengapa ada Hari Solidaritas
Jilbab Internasional, karena banyak muslimah yang masih
harus memperjuangkan hak-haknya untuk menjalankan
perintah agamanya dalam hal ini perintah mengenakan
jilbab.
Berawal Dari Inggris
Bulan Juli tahun 2004, tokoh-tokoh Muslim di seluruh Eropa
berkumpul di kota London, Inggris. Mereka menggelar
konferensi mendukung jilbab, sebagai reaksi atas keputusan
pemerintah Prancis yang menyatakan melarang jilbab di
institusi-institusi pendidikan dan institusi publik.
Konferensi dibuka oleh walikota London, Ken Livingstone dan
dihadiri oleh 300 delegasi, mewakili 102 organisasi-
organisasi Inggris dan internasional. Hadir pula dalam
konferensi itu tokoh cendekiawan Muslim Sheikh Yusuf Al-
Qaradawi dan Profesor Tariq Ramadan.
Dari hasil konferensi itu terbentuklah Assembly for the
Protection of Hijab (Majelis untuk Perlindungan Jilbab) dan
seluruh peserta mendeklarasikan tanggal 4 September
sebagai International Hijab Solidarity Day (Hari Solidaritas
Jilbab Internasional). Dalam konferensi itu, para peserta
merancang berbagai rencana aksi untuk membela hak kaum
perempuan Muslim untuk mempertahankan busana muslim
mereka.
“Kampanye ini bukan hanya untuk wanita Muslim semata.
Aksi ini ditujukan bagi siapa saja yang percaya bahwa
merupakan hak seorang wanita Muslim untuk bisa
mengenakan jilbabnya tanpa perlakuan diskriminatif dari
masyarakat maupun pemerintahnya,” kata Koordinator Pro-
Hijab, Abeer Pharaon ketika itu.
Sementaa itu, Livinstone-walikota London yang dikenal
dekat dengan komunitas Muslim di Inggris-dalam
pernyataannya mengatakan, “Jika kami membiarkan
serangan terhadap Islam terjadi, saya tahu siapa yang akan
menjadi sasaran tembak dan korban berikutnya,” tukasnya.
Sejak itulah, setiap tanggal 4 September, organisasi-
organisasi dan umat Islam, terutama muslimah yang
tinggal di negara-negara non-Muslim menggelar Hari
Solidaritas Jilbab Internasional. Meski gaungnya tidak
sampai ke negeri-negeri Muslim lainnya, termasuk
Indonesia.
Padahal setelah kasus Marwa Al-Sharbini, kasus-kasus
larangan jilbab masih terjadi di mana-mana. Beberapa
negara bagian di Jerman sudah memberlakukan larang
jilbab bagi para siswa sekolah, Mahkamah Agung di negara
bagian Michigan AS, baru-baru ini mengabulkan
permohonan pengadilan-pengadilan dibawahnya yang
melarang muslimah berjilbab masuk ke ruang sidang,
belum lama ini, seorang muslimah Selandia baru
menggugat seorang hakim di Negeri Kiwi itu yang
melarangnya masuk ke ruang sidang hanya karena ia
berjilbab, bahkan di negara Turki yang pernah menjadi pusat
kekhalifahan Islam, jilbab juga dilarang di institusi-institusi
pendidikan terutama di universitas.
Tak ada alasan yang masuk akal atas semua larangan jilbab,
kecuali karena fobia terhadap Islam dan arogansi budaya.
Tapi dalam Islam, jilbab bukan semata-mata simbol agama
tapi perintah yang diturunkan Allah Swt terhadap para
muslimah untuk memuliakan kaum perempuan. Tak ada
salahnya jika hari ini kita menunjukan solidaritas, jilbabkan
aurat kita, jilbabkan hati dan perilaku kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar