Rabu, 22 Februari 2012

Kisah inspirTif seorang Akhwatt


Ternyata inspirasi bukan lah
sebuah hal yang sulit dicari, bahkan
seorang dosen pun dapat membuat
cerita yang begitu menginspirasi
kami...dan pepatah sebagian
orangtua yang menyatakan "
wanita tidak usah sekolah tinggi-
tinggi karena ujung-ujungnya
kembali ke dapur , sumur, dan
kasur " tidak berlaku lagi.
Waktu itu, sekitar tahun 2000, datang seorang mahasiswi
kepada seorang dosen, dia menghampirinya dengan
wajah yang muram, dan kemudian berkata, "Pak,
beasiswa Program Magister dan Doktor saya lolos". Dan
hanya itu saja kata2 yang keluar dari mulutnya, tanpa
diikuti ekspresi apapun dari wajahnya... mengingat di luar
sana berjuta - juta orang memimpikan pencapaian ini.
Dan sang dosen tertegun, kemudia dia berkata, "Bagus
donk dek, kamu bisa bikin bangga banyak orang, dan itu
merupakan jalan hidup yang sangat baik. Lalu apa yang
membuat kamu terlihat bimbang dek."
Akhirnya mahasiswi itu bercerita kepada sang dosen. "Pak,
sekolah hingga S2 dan S3 merupakan cita-cita saya sejak
kecil, ini adalah mimpi saya, tidak terbayangkan rasa
bahagia saya saat memperoleh surat penerimaan
beasiswa ini.... Tapi pak, saya ini akhwat, saya wanita, dan
saya bahagia dengan keadaan ini.. Saya tidak memiliki
ambisi besar, saya hanya senang belajar dan menemukan
hal baru, tidak lebih.. Saya akan dengan sangat ikhlas jika
saya menikah dan suami saya menyuruh saya untuk
menjadi ibu rumah tangga.. Lalu, dengan semua keadaan
ini, apa saya masih harus sekolah?? saya takut itu semua
menjadi mubazir, karena mungkin ada hal lain yang lebih
baik untuk saya jalani."
Pak dosen pun terdiam, semua cerita mahasiswinya
adalah logika ringan yang sangat masuk akal, dan dia
tidak bisa disalahkan dengan pikirannya... Dosen itu pun
berfikir, memejamkan mata, menunggu Allah SWT
membuka hatinya, memasukkan jawaban dari pertanyaan
indah ini...
Dan jawaban itu datang kepadanya, masuk ke dalah ide
nya.... Pak dosen berkata seperti ini kepada mahasiswinya..
"Dek, sekarang bertanyalah kepada hati kecil mu, apa dia
masih menginginkan dirimu untuk melanjutkan
pendidikan ini hingga puncak nanti.." .. Sang mahasiswi
bingung, dia menunduk , air mata turun dari kedua
matanya, seakan dia merasakan konflik hati yang sangat
besar ... yang saling ingin meniadakan..
Dosen itu melanjutkan nasehatnya.. "Dek, saya ingin
bertanya kepadamu, kapan pertama kali engkau
berhadapan dengan seorang S3 dan mendapat ilmu
darinya?" "Sejak saya kuliah di ITB , Pak." Jawab sang gadis.
Kemudian dosen itu melanjutkan ,"Ya dek, betul, saya pun
demikian, saya baru diajar oleh seorang lulusan S3
semenjak saya kuliah di kampus ini.. Tapi dek, coba adek
fikirkan, bahwa saat engkau memiliki anak, maka orang
pertama yang akan menyapih rambut anakmu adalah
seorang lulusan S3. Orang yang pertama mengajaknya
berjalan adalah seorang ilmuwan tinggi, dan sejak dia
mulai membaca, dia akan dibimbing dan dijaga oleh
seorang Doktor. Itulah peranmu sebagai ibu nanti, apakah
engkau bisa membayangkan betapa beruntungnya anak
manusia yang akan kau lahirkan nanti."
Dan itulah jawaban Allah SWT melalui pak dosen....
Mahasiswi itu tersadar dari konflik panjangnya, dan ia
tersenyum bahagia, sangat bahagia, air matanya menjadi
air mata haru, dan ia berdiri, mengucapkan terima kasih
nya kepada sang dosen, dan berkata , "Pak, terima kasih,
akan saya lanjutkan pendidikan ini hingga tidak satupun
puncak lagi yang menghalangi saya."
Betapa hidup itu sangat berarti, dan jadikan ia bermakna..
Bukan uang yang nanti akan membuatmu bahagia, tetapi
rasa syukur mu lah yang akan menjadi kebahagiaan yang
hakiki,.

Based on Dr. Hermawan Dipojono story... Lecture from
Physics Engineering, ITB .
*copas dari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar