Rabu, 15 Februari 2012

Determinasi sosial

Kita memang tidak punya
pilihan di depan takdir
Allah AWT yang bersifat
seperti ini; kita dilahirkan
di atas tanah apa, pada
zaman apa, dari etnis apa, dan pada
situasi seperti apa. Itulah nasib yang
tidak mungkin diubah. Kumulasi dari itu
semua yang selanjutnya kita sebut
lingkungan. Para ahli pendidikan
kemudian memberikan porsi yang
sangat besar terhadap lingkungan
sebagai faktor determinan yang
mempengaruhi dan mewarnai
pertumbuhan seseorang.
Akan tetapi, sejarah memberikan
beberapa kesaksian yang mungkin bisa
disebut pengecualian. Dan, para
pahlawan memang merupakan
pengecualian. Mereka pada mulanya juga
lahir dari kumulasi lingkungan yang
sama, tetapi pada akhirnya muncul
dengan warna yang sama sekali berbeda
dengan generasi angkatannya yang lahir
dari lingkungan tersebut. Jadi, input
lingkungannya sama, tetapi output
efeknya berbeda.
Inilah cerita seorang penulis tentang
Hasan Al-Banna, pemimpin pergerakan
islam terbesar abad ini. Ia (Hasan Al-
Banna, kata sang penulis, tumbuh
sebagaimana kami tumbuh, pada
lingkungan yang sama tempat kami
belajar, sejak dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi, dan tentu juga dengan
kurikulum yang sama. Ia juga
menyaksikan dan merasakan
kemiskinan, keterbelakangan, dan
kerusakan sosial di Mesir sebagaimana
kami umumnya. Ia juga membaca buku
dan media cetak yang kami baca. Tidak
ada yang istimewa dalam latar
lingkungannya, baik dirumah maupun di
sekolah atau di masyarakat.
Namun, hasilnya kemudian berbeda. Ia
muncul sebagai pembaharu dan
pemimpin. Lantas, dimanakah
rahasianya? Tidak mudah memang
memberikan jawaban yang sangat
definitif untuk masalah ini. Akan tetapi,
setidaknya ada dua faktor yang dapat
disebut disini. Pertama, semua itu
sepenuhnya adalah karunia Allah SWT
untuk masyarakat yang hidup
dizamannya. Sebab, Rasulullah saw
pernah bersabda, “Jika Allah SWT
meridhoi suatu kaum, maka Allah akan
mengangkat orang-orang terbaik dari
mereka sebagai pemimpin. Dan jika Allah
memurkai suatu kaum, maka Allah akan
mengangkut orang-orang terjahat dari
mereka sebagai pemimpin.” (HR.Tirmizi).
Jadi, para pahlawan itu adalah hadiah
langit untuk penduduk bumi. Karena itu,
mereka memang mendapat inayah Allah
SWT sejak awal pertumbuhan hingga
saat mereka mementaskan peran
kesejarahan mereka.
Kedua, para pahlawan biasanya
mempersepsi lingkungannya dengan
cara yang berbeda dari kebanyakan
orang. Pada banyak orang, kesulitan-
kesulitan yang tercipta dari komulasi
lingkungan dianggap sebagai nasib yang
niscaya dan tidak dapat diubah. Jadi,
sejak awal mereka kalah didepan nasib
itu. Para pahlawan justru melihat
lingkungan itu sebagai objek yang harus
diubah dan kendali perubahan itu pada
manusia. Jadi, sejak awal mereka berpikir
sebagai perilaku dan perubah. Mereka
mungkin lapar, tetapi mereka lebih
banyak memikirkan kemiskinan sebagai
fenomena sosial yang diubah. Mereka
mungkin dari keluarga tidak terdidik,
tetapi mereka kemudian berpikir untuk
menjadi otodidak dan bagaimana
mengembangkan pendidikan.
Begitulah akhirnya mengapa mereka
menjadi lebih cerdas dari zamannya.
Atau pikiran-pikiran mereka bahkan
mendahului zamannya.
Anis Matta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar