Jumat, 17 Februari 2012

kontribusikan semua potensi untuk umat


Oleh: Cahyadi Takariawan
“Semua yang dimiliki kader harus bisa dikontribusikan
untuk dakwah dan jama’ah. Jika kita punya rumah, harus
ada kontribusi rumah untuk kegiatan dakwah dan
jama’ah. Jika punya mobil, harus ada kontribusinya untuk
dakwah dan jama’ah. Jika punya motor, harus ada
kontribusinya untuk dakwah dan jama’ah. Dengan cara
itulah kegiatan dakwah akan terus berjalan dengan lancar
dan berkesinambungan”, demikian tausiyah dari ustadz
Subaryanto, dalam acara Forum Silaturahmi Kader
Dakwah Banguntapan, Bantul, DIY, Senin 13 Februari 2012.
Tausiyah ini sangat penting dan mendalam. Ada
pertanyaan besar yang sering disampaikan orang,
mengapa kita bisa memiliki banyak kegiatan, bersambung
dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya, seakan tidak
pernah berhenti dan istirahat. Pertanyaan mereka lebih ke
arah, “Berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk
berbagai kegiatan tersebut?” Ternyata kita sendiri bahkan
tidak pernah menghitungnya, karena kita melakukan saja,
bekerja saja, berkegiatan saja, tanpa pernah menghitung
dengan rinci semua pengeluaran kita.
Lihatlah tradisi dakwah dan jama’ah yang sudah kita
bangun selama ini. Pertemuan dilakukan dari rumah ke
rumah, sekaligus silaturahim antar kader dakwah. Saat
menghadiri pertemuan, kita datang dengan mengendarai
motor, mobil, atau menggunakan angkutan umum. Kita
tidak pernah meminta ganti atas semua yang kita
keluarkan secara pribadi, demi kelancaran kegiatan
dakwah. Inilah salah satu cara untuk mengkontribusikan
semua potensi yang kita miliki untuk dakwah dan
jama’ah.
Coba jika dihitung dengan teliti, berapa banyak dana
yang telah kita keluarkan untuk satu pertemuan.
Tempat pertemuan gratis, karena tidak perlu menyewa.
Rumah kader bisa kita gunakan sebagai tempat
pertemuan, bahkan di garasi atau di halaman belakang
rumah pun bisa. Tuan rumah dengan suka rela
menyediakan minuman dan makanan, sebagaimana
tradisi menjamu tamu pada umumnya. Masih ditambah
berbagai sarana seperti tikar, karpet, atau kursi dan
meja, serta fasilitas pertemuan ala kadarnya yang
dimiliki tuan rumah. Tempat pertemuan gratis, jamuan
gratis, fasilitas gratis.
Para peserta datang sendiri, tanpa meminta ganti ongkos
transport. Jika harus mengganti ongkos transport, maka
akan terkumpul jumlah yang cukup besar, karena kader
datang dari berbagai tempat yang berjauhan. Namun
kehadiran kader dalam sebuah pertemuan dakwah, lebih
sering tidak dikaitkan dengan ongkos transport, karena
sudah menjadi tradisi rutin yang berjalan selama ini.
Semua datang dengan kecintaan, semangat, pengorbanan
dan harapan. Dengan demikian untuk satu pertemuan,
hampir tidak ada dana yang perlu dikeluarkan karena
semua sudah ditanggung oleh masing-masing kader yang
menjadi peserta.
Kecuali untuk acara tertentu yang berskala nasional,
memang ada sedikit “hitungan” yang berbeda, karena ada
renik-renik dan unsur publisitas tertentu yang ingin
dimunculkan. Secara umum, sekian banyak agenda
dakwah yang telah berjalan rutin selama ini, menjadi
tanggungan setiap kader, tanpa ada “hitungan” ganti.
Semua kader memahami, ganti akan diberikan secara
langsung oleh Allah dalam jumlah yang berlipat, jauh
lebih banyak dari apa yang mereka kontribusikan.
Logika seperti ini sepertinya sulit dipahami masyarakat
pada umumnya, bahwa ada banyak agenda kegiatan
organisasi bisa berjalan dengan baik dan rutin, tanpa
perlu kucuran dana dari organisasi. Biasanya, pada
organisasi secara umum, setiap agenda kegiatan, selalu
menimbulkan anggaran. Semakin banyak kegiatan,
semakin besar pula anggaran yang harus dikeluarkan.
Kenyataannya, ketika tidak disediakan anggaran, kegiatan
tidak bisa berjalan. Tidak begitu dengan organisasi
dakwah. Logika yang berkembang adalah tadhiyah,
sedangkan tadhiyah muncul dari kepahaman dan
keikhlasan.
Tausiyah ustadz Subaryanto tersebut mengingatkan kita
semua tentang urgensi kontribusi. Kader telah terbiasa
dengan jalan kontribusi, bahkan bagi mereka, hal ini
sudah tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan
lagi. Kontribusi sudah menjadi akhlak, sudah menjadi
aktivitas spontan, dan harian. Tidak perlu berpikir apakah
akan meminjamkan ruangan untuk pertemuan, tidak
perlu pertimbangan apakah akan meminjamkan mobil
untuk perjalanan dakwah, tidak perlu merenung untuk
memberikan fasilitas guna kelancaran kegiatan dakwah
dan jama’ah. Semua sudah berjalan dengan sendirinya,
tanpa dihitung-hitung dan diingat-ingat.
Setiap kader dakwah tidak pernah mengingat dan tidak
memiliki catatan pribadi, berapa ratus ribu liter bensin
telah dikeluarkan untuk kegiatan dakwah dan jamaah.
Berapa juta kilometer jalan pernah ditempuh dalam
menunaikan amanah dakwah. Berapa ribu kali
meminjamkan motor atau mobil untuk kepentingan
dakwah dan jama’ah. Berapa ribu kali menyediakan
rumahnya untuk tempat kegiatan dakwah dan jama’ah.
Berapa banyak uang telah dikeluarkan untuk
kelancaran dakwah. Berapa banyak tenaga telah
dikeluarkan guna menunaikan amanah dakwah.
Semua tidak dihitung, semua tidak diingat, semua tidak
dicatat. Semua dikerjakan sepenuh kecintaan, sepenuh
kesadaran, sepenuh kepahaman. Semua dikeluarkan
dengan harapan akan mendapatkan balasan terbaik dari
sisi Allah. Semua dikeluarkan tanpa perasaan menyesal.
Hal ini bisa terjadi, karena kader memahami bahwa
kontribusi adalah kunci keberlanjutan dakwah dan
jama’ah. Kontribusi adalah jalan menuju kemenangan.
Kontribusi adalah kekuatan.
Sungguh, kontribusi telah menjadi jalan hidup kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar