Minggu, 26 Februari 2012

3Golongan Penghuni Neraka

Tiga Calon Penghuni Neraka
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma bahwa
Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ada tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan
Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat; anak
yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan
yang menyerupai laki-laki, dayyuts yaitu kepala rumah
tangga membiarkan kemungkaran dalam rumah
tangganya.” (HR. Nasa’I 5: 80-81; hakim 1: 72, 4:
146-147; Baihaqi 10: 226 dan Ahmad 2: 134)
Ajaran Islam adalah ajaran yang sesuai dengan fitrah
manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan
manusia kemudian memberikan kepada mereka
petunjuk agar selamat di dunia dan akhirat. Petunjuk
yang diberikan tersebut berupa Al-Qur’an dan Sunnah
Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang harus ditaati
dan diamalkan.
Barangsiapa yang menyimpang dari petunjuk Allah dan
Rasul-Nya serta mengabaikan perintah dan larangan-Nya
akan memperoleh adzab. Allah Yang Maha Adil berkuasa
memasukkan menusia ke dalam Surga atau Neraka,
tergantung dari amal perbuatan mereka. Bila ada yang
dimasukkan-Nya ke dalam Neraka maka halitu adalah
berdasarkan keadilan-Nya, Dia sekali-kali tidak berbuat
zalim kepada hamba-hamba-Nya.
Perintah dan larangan Allah kepada manusia pada
hakikatnya adalah demi kemashlahatan menusia itu
sendiri. Kendatipun demikian, masih ada saja di antara
manusia yang mengabaikan peringatan dan ancaman
Allah itu. Maka sudah selayaknya bila Allah menimpakan
hukuman akibat perbuatan mereka.
Di antara sekian banyak larangan Allah yang harus
dijatuhi dan haram dikerjakan ialah:
a. Durhaka kepada Kedua Orang Tua
Banyak ayat al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam yang menrengkan kewajiban berbakti kepada
orang tua. Hal ini menunjukkan betapa agungnya hak
mereka dan haram mendurhakai mereka. Allah
subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat
baik kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka janagnlah sekali-kali
kamu mengucapkan ‘Ah’ dan janganlah kamu
membentakmereka, akan tetapi ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan kasih saying, serta
ucapkan: ‘wahai rabbku kasihanilah keduanya
sebagaimana mereka telah mendidik aku di waktu
kecil.’” (QS. al-Isra’: 23-24)
Berdasarkan ayat di atas, ayah dan ibu adalah orang
yang wajib ditaati sesudah Allah dan Rasul-Nya. Kebaikan
mereka, khususnya ibu kepada anaknya, tidak dapat
dinilai dengan materi. Ibu mengandungnya dengan
susah payah, kemudian melahirkannya juga dengan
susah payah dan terkadang harus berhadapan dengan
maut, menyusui dalam masa berbulan-bulan, bekerja
siang dan malam bahkan terkadang harus bengun di
tengah malam demi menemani anaknya yang sakit pada
saat manusia sedang tidur nyenyak.
Kedua orang tua merasa bertanggungjawab memelhara,
mendidik, dan mencari nafkah untuk anak-anak mereka.
Mereka pun akan merasa gembira ketika anaknya
mendapatkan kesenangan, dan menangis serta bersedih
bila si anak mendapatklan musibah. Kedua orang tua
selalu memikirkan kabahagiaan masa depan si anak.
Kalaupun ada orang tua yang buruk akhlaknya, maka
mereka tidak ingin anaknya rusak seperti keadaan
mereka. Mereka pun tetap berharap agar anak-anak
mereka menjadi anak yang shalih. Hal ini merupakan
fitrah manusia.
Oleh karena itu, Allah dan Rasul-Nya mewajibkan kepada
setiap anak agar:
· Berbuat baik kepada kedua orang tua
· Bersyukur kepada Allah dan kepada mereka
· Berlaku lemah lembut kepada mereka
· Berkata perkataan yang baik dan penuh hormat
· Mendo’akan keduanya
Perlu diingat bahwa ketaatan kepada orang tua tidak
boleh dalam hal-hal yang bertentangan dengan syari’at.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan,
“Tidak boleh seseorang taat kepada siapapun (makhluk)
dalam hal berbuat maksiat kepada Allah Tabaraka wa
Ta’ala.” (HR. Ahmad 5/66, Hakim)
Jadi gambaran durhaka kepada orang tua yaitu anak
tidak taat kepada mereka dalam hal yang ma’ruf (sesuai
sayari’at).
Menurut para ulama, tanda anak durhaka itu ialah:
· Anak yang tidak mau tahu hak-hak orang tua,
· Tiadk mau mendengar nasihat mereka bahkan
menjelekkannya,
· Anak yang tidak mau membantu orang tuanya yang
miskin padahal dia mampu,
· Berkata kasar, membentak, memukul,
· Selalu mengeluh dan membengkit-bangkitkan
pemberiannya,
· Memaksa kedua orang tuanya agar memenuhi
kebutuhan dirinya. (As-Suluk Al-Ijtima’i fil Islam, al-
Kabair, Buyut La Tadkhuluhal Malaaikah)
Anak yang durhaka tidak hanya mendapatkan siksa di
akhirat, akan tetapi di dunia pun dia akan mendapatkan
balasan buruk sebelum mati, berupa kehinaan,
kefakiran, dan ditimpa berbagai macam penyakit. (Buyut
La Tadkhuluhal Malaikah, hal. 35)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Ada dua perbuatan yang Allah segerakan siksanya di
dunia yaitu melewati batas-batas Allah (zalim) dan
durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Hakim; Lihat
Shaih Jami’us Shaghir, 2810)
b. Wanita yang Menyerupai Laki-Laki
Pada zaman sekarang sekarang ini, media massa selalu
membesar-besarkan persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan, dengan istilah emansipasi. Para wanita
menuntut agar haknya disamakan dengan laki-laki,
padahal agama Islam telah mengatur bahwa laki-laki
berbeda dengan perempuan. Firman-Nya:
“Dan laki-laki itu tidak sama dengan perempuan.” (Ali
Imran: 36)
Wanita sekarang menuntut ingin sama dengan laki-laki
dalam segala hal, baik dalam lapangan kerja, pakaian,
hak waris, maupun dalam masalah lainnya. Akibatnya,
terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat. Merekamulai
cenderung berorientasi pada materi. Setelah kesempatan
kerja terbuka luas bagi wanita, mereka menjadi senang
bertabarruj (buka aurat), menampakkan perhiasan dan
auratnya serta mulai memakai pakaian yang tipis dan
ketat. Mereka pun senang dan terbiasa berpakaian
serupadengan laki-laki. Menurut mereka, :Ini adalah
tuntutan profesi (karier)!!!???” Subhanallah.
Tahukah mereka bahwa Allah dan rasul-Nya melaknat
wanita yang menyerupai laki-laki dan sebaliknya? Dari
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alalihi wasallam telah melaknat laki-laki
yang memakai pakaian wanita dan wanita yang
mwmakai pakaian laki-laki. (HR. Abu Dawud, ahmad,
Ibnu Majah, Hakim, dan Ibnu Hibban)
Dari Abdullah bin Amr radhiallallhu ‘anhu, ia berkata:
aku pernah mendengar Rasululah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Tidak termasuk golongan kami para wanita yang
menyerupai laki-laki, dan laki-laki yang menyerupai
wanita.” (HR. Ahmad 2/199-200, Thabrani,abu Nu’man
dan Bukhari dalam kitab Tarikhnya)
c. Dayyuts
Golongan ini adalah orang –orang yang membiarkan
terjadinya kemungkaran di rumah tangganya. Firman-
Nya:
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat
yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-tahrim:
6)
Para ulama salaf menjelaskan makna jagalah dirimu dan
keluargamau dari api neraka, sebagai berikut:
1. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
“Beramallah dengan taat kepada Allah, takut berbuat
maksiat, dan perintahkan keluargamu agar ingat
hokum-hukum-Nya, niscaya Dia akan menyelamatkanmu
dari api neraka.”
2. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata:
“Ajarkanlah akhlak dan kebaikan budi pekerti kepada
mereka.”
3. Mujahid rahimahullah berkata: “takutlah kepda Allah
dan nasihatilah keluargamu supaya bertaqwa kepada-
Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 4/412-413)
Ayat di atas mewajibkan seorang suami atau kepala
rumah tangga bertanggungjawab dalam rumah
tangganya. Seorang bapak atau suami merupakan orang
pertama dalam rumah tangga yang harus berusaha agar
rumah tangganya damai, tenteram, dan penuh rahmat
Allah. Untuk itu, diperlukan perjuangan yang sungguh-
sungguh.
Terkadang seorang bapak mempunyai cita-cita seperti itu
namun salah mengambil jalan sehingga cita-citanya
tidak terwujud.
Karena itu, tarbiyyah (pendidikan) dan pembinaan rumah
tangga harus mendapatkan priorotas utama. Seorang
bapak harus berupaya membina isteri, anak, dan
keluarga yang terdekat semisal mengingatkan mereka
untuk shalat.
Jika seorang bapak atau suami bersikap diam dan
merasa aman terhadap isteri dan anaknya yang sudah
terperangkap dalam adat jahiliyah, atau telah melanggar
syari’at Islam, maka suami atau bapak seperti inilah
yang dinamakan dayyuts.
Sikap suami yang membiarkan isteri dan anaknya
berbuat kejelekan dalam rumah tangganya sangat
berbahaya. Ia membiarkan anak dan isterinya
meninggalkan shalat, membiarkan mereka
mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram. Ia
menganggap baik perbuatan keji, zina beserta sarana
yang membawa kepada zina. Ia tidak merasa cemburu
pada perbuatan isteri dan anak-anaknya, bahkan ia
membiarkan mereka berbuat maksiat. Maka, kelak dia
akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah di
hari kiamat.
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketauhilah, kamu
sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian
bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya.
Penguasa adalah pemimpin atas rakyatnya dan
bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Laki-
laki adalah pemimpin atas keluarganya dan bertanggung
jawab atas kepemimpinannya. Seorang perempuan juga
pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya dan ia
bertanggung jawab atas itu semua, seorang hamba
sahaya bertanggung jawab terhadap harta
tuannya.” (HR. Bukhari, Muslim, ahmad, Abu Dawud
dan Tirmidzi.)
(sumber : dari majalah Syari’ah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar