Jumat, 10 Februari 2012

alfafa n kejayaan umat

Ketika 1,300 tahun lalu Tariq Bin Ziyad membakar
kapalnya dan mendarat di Gibraltar (Jabal Tariq),
pasukan Tariq yang hanya sekitar 7,000 orang
mampu mengalahkan pasukannya raja Roderick
Spanyol yang berjumlah 25,000 orang. Kemenangan
ini tentu karena pertolongan Allah semata, tetapi
ada sisi-sisi ikhtiari manusianya yang juga harus
berusaha keras untuk mencapai kemenangan
tersebut. Di antara sisi ikhtiari ini adalah upaya
menyediakan logistik yang efisien untuk mendukung
kekuatan pasukan.
Bisa Anda bayangkan, setelah Tariq mendaratkan
pasukannya dan membakar kapalnya – dengan apa
dia bisa terus masuk merangsek ke daratan
Spanyol ?. Berjalan kaki kah ?. Tentu tidak. Mereka
juga menyiapkan kuda-kuda perang yang perkasa
untuk dapat mengalahkan kekuatan musuh yang
jauh lebih besar.
Tetapi kuda-kuda ini kan perlu diberi makan agar
tetap kuat berlari, lantas dari mana makannya ?,
sedangkan ketika 7,000 pasukan Muslim masuk
pertama kali ke Spanyol tentu belum
memungkinkan untuk memperoleh support logistik
dari daerah yang dimasukinya karena semuanya
masih wilayah musuh. Inilah pentingnya logistik
dalam setiap gerakan pasukan, jadi selain mereka
memiliki bekal secukupnya untuk pasukan, mereka
juga membawa bekal secukupnya untuk kuda-
kudanya.
Untuk tetap perkasa, kuda harus diberi makan
bergizi yang cukup. Bila yang dibawa adalah rumput-
rumput biasa, akan perlu begitu banyak rumput
harus dibawa sehingga di kapal tidak ada lagi
tempat untuk pasukannya. Maka harus ada sedikit
rumput yang cukup untuk membuat kuda-kuda
tersebut tetap perkasa. Rumput alfaafa-lah (yang
kemudian bangsa spanyol menyebutnya alfalfa)
yang menjadi bekal logistik pakan kuda-kuda Tariq
ini.
Selama kurun waktu yang hampir 8 abad kemudian
(781 tahun), pasukan Islam memakmurkan sebagian
bumi Eropa antara lain dengan mengajari mereka
bercocok tanam dlsb, termasuk juga menanam
alfaafa ini. Maka ketika pasukan Spanyol pimpinan
Hernando Cortez mendaratkan kapal-kapalnya di
Meksiko tahun 1519 atau 27 tahun pasca
berakhirnya kekuasaan Islam di Spanyol (1492),
mereka telah belajar hampir 8 abad tersebut dari
Islam - termasuk dalam hal menyiapkan logistik
perangnya.
Pasukan Hernado Cortez-pun membawa kuda-kuda
dan rumput yang dibawa-pun adalah rumput
alfaafa – dari sinilah benua Amerika mengenal
alfaafa itu hingga kini. Spanyol menguasai Amerika
latin sekitar 300 tahun atau hampir sama dengan
Belanda menguasai negeri ini. Maka tidak heran bila
salah satu bahasa yang popular di Amerika Latin
sampai sekarang adalah bahasa Spanyol.
Sisi lain yang tidak menjadi perhatian dan jarang
ditulis di dalam sejarah adalah logistiknya. Pasukan
menjadi unggul manakala ligistiknya juga unggul.
Ketika Islam unggul di Spanyol 781 tahun, logistik
mereka unggul – dan mereka juga menguasai
tanaman alfaafa.
Ketika 300 tahun kemudian ganti Spanyol yang
unggul khususnya di Amerika Latin, mereka juga
unggul di bidang logistik termasuk alfaafa untuk
kuda-kuda mereka – keunggulan yang mereka
pelajari selama 781 tahun dari Islam di Spanyol.
Kini negeri baru Amerika Serikat yang baru exist
kurang dari 240 tahun terakhir, mereka secara tidak
langsung ‘menguasai’ dunia dengan kekuatan
militer, teknologi, budaya popular dan juga produk-
produk peternakan (daging) dan pertanian -
termasuk alfaafa-nya yang mencapai sekitar 9.2 juta
hektar luas tanam – terbesar di dunia saat ini.
Maka tidak ada yang kebetulan di dunia ini,
sunatullah dalam hukum sebab akibat berlaku dan
terbukti dalam sejarah. Islam Berjaya 781 tahun di
Spanyol ketika sisi ikhtiari mereka juga kuat – yang
dengan ikhtiar-nya tersebut mereka ditolong Allah,
sisi iktiar mereka termasuk menyiapkan logistik
untuk kuda-kuda perang dengan rumput yang
paling efisien yaitu alfaafa – yang nama maupun
karakternya disebut di Al-Qur’an (QS 78 : 16 dan QS
80 : 28).
Tetapi mengapa alfaafa atau alfalfa bisa menjadi
faktor plus dalam kejayaan bangsa-bangsa dalam
sejarah dunia ?. Dalam ilmu energy, ada dikenal
istilah EROI – Energy Return On
Investment. Yaitu energy earned (yang dihasilkan)
dibagi dengan dengan energy consumed (yang
dikonsumsi) dari suatu system.
Bangsa-bangsa yang memiliki pengelolaan energy
dengan EROI tertinggi dia yang akan mempunyai
tenaga ekstra untuk menjaga eksistensi bangsa
tersebut dan akan terus berkembang. Sebaliknya
bangsa-bangsa yang memiliki system dengan EROI
rendah, maka dia akan sulit bertahan dan bahkan
akan cenderung punah.
Terkait dengan EROI ini; untuk produk pertanian
alfaafa memiliki EROI tertinggi dibandingkan
tanaman lain seperti gandum, jagung dlsb. EROI
Alfaafa adalah 27, dibandingkankan dengan
gandum yang hanya dikisaran 12 dan jagung di
kisaran 6. Jadi dengan input yang sama alfaafa
memberikan hasil yang 2.25 kali dari gandum dan
sekitar 4.5 kali dari jagung.
Artinya apa ini ?, bangsa-bangsa yang menguasai
alfaafa tidak kebetulan bila mereka juga menguasai
dunia karena efisiensi di sisi produksi energy berupa
pangan dan pakan untuk ternak mereka. Maka
bukan kebetulan pula bila di Al-Qur’an ada dua surat
yang berurutan yang didalamnya mengandung
petunjuk untuk memperhatikan urusan pangan dan
pakan ini : “Mataa ’allakum wa li an’amikum” ,
Semua itu untuk kesenanganmu dan untuk
hewan-hewan ternakmu (QS 79:33 dan QS 80: 32).
Maka inilah bagian dari ikhtiar itu, ikhtiar untuk kita
juga mulai menanam alfaafa – sebagai sumber
pangan dan pakan yang sangat efisien sepanjang
masa.
Dari tiga kali pertemuan dalam Pesantren
Wirausaha Akhir Pekan, setidaknya kami sudah
membagikan bibit alfaafa ke sekitar 300 orang dan
belajar bareng pula untuk cara menanamnya.
Mudah-mudahan ini menjadi awal bangkitnya
kekuatan umat ini, awal untuk mengembalikan
kejayaan umat Islam di tengah peradaban umat-
umat lain yang kini lagi menguasai dunia –
melengkapi ikhtiar yang juga dilakukan oleh
saudara-saudara kita yang lain dibidang penguatan
aqidah, pendidikan, politik, ekonomi, pemikiran dlsb.
insyaallah. gd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar