Jumat, 17 Februari 2012

Syuro ad prinsip bukan taktik apalagi tebar pesons


yuro adalah Prinsip, Bukan Taktik, Apalagi Sekedar
Tebar Pesona…
Oleh: H. Abdullah Haidir, Lc
Ketua MPW PKS Arab Saudi
Jika ada pemimpin yang paling mungkin memaksakan
kehendaknya terhadap para pengikutnya tanpa
menghiraukan pendapat mereka, maka Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling
tepat untuk itu. Allah telah memerintahkan kaum
mukminin untuk mencintai dan taat kepadanya. Dan
kenyataannya, demikianlah adanya. Ketaatan dan
kecintaan itu benar-benar tampak dalam diri para
shahabat tanpa paksaan sedikitpun.
Artinya, apapun keputusan yang Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam ambil, kemungkinan untuk ditaati sangat
besar. Namun itu semua tidak menghalangi Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam untuk melakukan syuro
dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar. Syuro yang
hakiki untuk mencari solusi yang paling tepat dari
siapapun dia berasal. Bukan sekedar untuk konsumsi
publik dan pencitraan, namun di dalamnya penuh
rekayasa dan keangkuhan. Karenanya, dalam beberapa
syuro, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menerima
keputusan yang tidak dipilihnya, seperti pada perang
Uhud. Bahkan dalam perang Ahzab, usulan yang diterima
berasal dari 'warga non pribumi'; Salman Al-Farisi,
shahabat yang berasal dari Persia…….. berikut
'episodenya';
Kala kaum musyrikin merencanakan dan mempersiapkan
pasukan sekutu untuk menyerang Madinah, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam mendapatkan informasi
tentang rencana mereka. Ada riwayat yang mengatakan
bahwa beliau mendapatkan wahyu tentang hal tersebut.
Adapula yang mengatakan bahwa beliau mendapatkan
informasi dari kaum muslimin yang masih berada di
Mekah dan diam-diam mengabarkan berita tersebut.
Tanpa membuang waktu, Rasulullah shallallahu segera
mengumpulkan para shahabat utama untuk menggelar
syuro. Bahaya besar mengancam, tantangan berat
membayang, sementara waktu yang tersedia tidak cukup
luang.
Dalam syuro tersebut, seperti biasa, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam menghimpun masukan-
masukan dari para shahabatnya, tentang strategi apa
yang mereka hadapi menghadapi serbuan musuh dalam
jumlah besar seperti itu. Pertama para shahabat
menyepakati bahwa mereka akan bertahan di Madinah,
tidak menjemput musuh seperti dalam perang Uhud atau
Badar. Berikutnya mereka membicarakan dengan intensif
tentang strategi paling efektif untuk menghalau pasukan
sekutu yang berjumlah banyak. Hingga akhrinya seorang
sahabat yang berasal dari negeri Persia berkata, "Wahai
Rasulullah… dahulu kami di Persia, jika menghadapi
pasukan yang berjumlah banyak, maka kami menggali
parit ….."
Menggali parit….? Sebuah strategi perang yang sama
sekali tidak dikenal sebelumnya oleh masyarakat Arab
kala itu, baik oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
ataupun oleh pasukan musuh. Namun demikian, hal
tersebut tidak membuatnya ragu untuk menerima ide
baru dan brilliant setelah disadari efektifitasnya dalam
kondisi demikian. Apalagi dalam waktu yang sangat
sempit, keputusan yang tepat harus segera diambil. Maka
disepakatilah keputusan penggalian parit sebagai bentuk
strategi pertahanan menghalau gelombang pasukan
musuh yang sangat besar.
Parit yang digali tidak mengelilingi seluruh kota Madinah.
Karena secara geografis, kota Madinah di kelilingi oleh
gunung yang dengan sendirinya menjadi semacam
benteng pertahanan. Yang terbuka lebar dan menjadi
arah masuk setiap serangan adalah dari utara yang
mengarah ke Jabal Uhud. Maka lokasi parit yang dibangun
adalah di antara dua bukit yang mengapit kota Madinah
dari arah timur dan barat (lihat peta). Diperkirakan bahwa
panjang parit yang akan digali kurang lebih 5km,
lebarnya, lebarnya 4,6m, sedangkan dalamnya: 3,2m.
Pekerjaan berat yang harus diselesaikan dalam waktu
sesingkat mungkin sebelum pasukan Ahzab tiba di
Madinah. Bukan hanya membutuhkan kekuatan fisik, tapi
juga keimanan, kebersamaan, kedisiplinan dan
kesungguhan….. (bersambung)
Pelajaran:
- Pentingnya mendapatkan informasi secepat mungkin.
Dalam hal ini operasi intelejen merupakan keharusan
dalam perjuangan Islam.
- Syuro adalah prinsip, dan keputusannya bersifat
mengikat setelah disepakati.
- Syuro yang sehat dan terbuka akan melahirkan ide-ide
cerdas .
- Langkah taktis dan cepat namun efektif sangat
dibutuhkan, khususnya dalam kondisi mendesak.
- Memberikan apresiasi terhadap hal-hal baru selama
mendatangkan kebaikan.
Riyadh, Rabiul Awal 1433H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar