Selasa, 21 Februari 2012

Kisah Sahabat Nabi: Sa'id bin Zaid, Berkah Sebuah Doa


D, Ketika Rasulullah SAW
menyeru orang-orang untuk memeluk Islam,
Sa’id bin Zaid segera memenuhi panggilan
beliau, menjadi pelopor orang-orang yang
beriman kepada Allah dan membenarkan kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
Tidak mengherankan kalau Sa’id secepat itu menerima
seruan Muhammad SAW. Ia lahir dan dibesarkan dalam
rumah tangga yang mencela dan mengingkari
kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy yang
sesat.
Sa’id dididik dalam kamar seorang ayah yang sepanjang
hidupnya giat mencari agama yang hak. Bahkan dia mati
ketika sedang berlari kepayahan mengejar agama yang
hak.
Sebelum menghembuskan nafasnya, ayah Sa'id—Zaid bin
Amr bin Nufail—menengadah ke langit seraya berdoa, "Ya
Allah, jika Engkau mengharamkanku dari agama lurus ini,
maka janganlah anakku, Sa'id, diharamkan pula darinya."
Sa’id masuk Islam tidak seorang diri. Dia bersyahadat
bersama istrinya, Fatimah binti Khathab, adik perempuan
Umar bin Khathab. Karena pemuda Quraisy ini masuk
Islam, dia disakiti dan dianiaya, dipaksa oleh kaumnya
supaya kembali kepada agama mereka.
Tetapi jangankan mengembalikan Sa’id kepada
kepercayaan nenek moyang mereka, sebaliknya Sa’id dan
istrinya sanggup menarik seorang laki-laki Quraisy yang
paling berbobot baik fisik maupun intelektualnya masuk
Islam, Umar bin Khathab.
Mereka berdualah yang telah menyebabkan Umar bin
Khathab masuk Islam. Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail
membaktikan segenap daya dan tenaganya yang muda
untuk berkhidmat kepada Islam.
Ketika dia masuk Islam, umurnya belum lebih dari 20
tahun. Selain Perang Badar, dia turut berperang bersama-
sama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ketika itu dia
sedang melaksanakan suatu tugas penting lainnya yang
ditugaskan Rasulullah kepadanya. Dia turut mengambil
bagian bersama-sama kaum Muslimin mencabut
singgasana Kisra Persia dan menggulingkan Kekaisaran
Romawi. Dalam setiap peperangan yang dihadapi kaum
Muslimin, dia selalu memperlihatkan penampilan dengan
reputasi terpuji.
Di antara prestasinya yang paling menakjubkan ialah apa
yang tercatat dalam Perang Yarmuk. Sejenak kita
dengarkan Sa'id mengisahkan pengalamannya. “Ketika
terjadi Perang Yarmuk, pasukan kami semuanya
berjumlah 24.000 orang tentara. Sedangkan tentara
Romawi yang kami hadapi berjumlah 120.000 tentara.
Musuh bergerak ke arah kami dengan langkah-langkah
yang mantap bagaikan sebuah bukit yang digerakkan
tangan-tangan tersembunyi," tutur Sa'id.
Sa'id melanjutkan, di depan berbaris pendeta-pendeta,
perwira-perwira tinggi, panglima-panglima, dan paderi-
paderi yang membawa kayu salib sambil mengeraskan
suara membaca doa. "Doa itu diulang-ulang oleh tentara
yang berbaris di belakang mereka dengan suara
mengguntur," ujarnya.
Tatkala tentara kaum Muslimin melihat musuh mereka
seperti itu, kebanyakan mereka terkejut, lalu timbul takut
di hati mereka. Abu Ubaidah bin Jarrah bangkit
mengobarkan semangat jihad kepada mereka. “Wahai
hamba-hamba Allah, Menangkan agama Allah! Pasti Allah
akan menolong kamu, dan memberikan kekuatan kepada
kamu!"
"Wahai hamba-hamba Allah, tabahkan hati kalian! Karena
ketabahan adalah jalan lepas dari kekafiran, jalan
mencapai keridhaan Allah, dan menolak kehinaan.
Siapkan lembing dan perisai! Tetaplah tenang dan diam!
Kecuali dzikrullah (mengingat Allah) dalam hati kalian
masing-masing. Tunggu perintah saya selanjutnya, Insya
Allah!” teriak Abu Ubaidah lagi.
Tiba-tiba seorang prajurit Muslim keluar dari barisan dan
berkata kepada Abu Ubaidah, “Saya ingin syahid sekarang.
Adakah pesan-pesan Anda kepada Rasulullah?”
Abu Ubaidah menjawab, “Ya, ada! Sampaikan salam saya
dan salam kaum Muslimin kepada beliau. Katakan kepada
beliau, sesungguhnya kami telah mendapatkan apa yang
dijanjikan Tuhan kami benar-benar terbukti!”
Sesudah dia mengucapkan kata-katanya itu, Sa'id melihat
sang prajurit menghunus pedang dan terus maju
menyerang musuh-musuh Allah. Sa'id pun demikian, ia
membanting diri ke tanah, dan berdiri di atas lututnya.
Lalu membidikkan lembingnya dan menikam seorang
musuh. "Tanpa terasa, perasaan takut lenyap dengan
sendirinya di hati saya. Tentara Muslimin bangkit
menyerbu tentara Romawi. Perang berkecamuk dan
berkobar dengan hebat. Akhirnya, Allah memenangkan
kaum Muslimin," tutur Said.
Sesudah itu, Sa’id bin Zaid turut berperang menaklukkan
Damaskus. Setelah menaklukkan Damaskus, kaum
Muslimin memperlihatkan kepatuhan, Abu Ubaidah bin
Jarrah mengangkat Sa’id menjadi walikota di sana. Dialah
walikota pertama dari kaum Muslimin setelah kota itu
dikuasai.
Di masa pemerintahan Bani Umayyah, merebak suatu isu
dalam waktu yang lama di kalangan penduduk Madinah
terkait Sa’id bin Zaid. Seorang wanita bernama Arwa binti
Umais menuduh Sa'id merampas tanahnya dan
menggabungkannya dengan tanah Said. Wanita itu
menyebarkan tuduhannya ke seantero kaum Muslimin,
dan mengadukan perkaranya kepada Marwan bin Hakam,
Walikota Madinah saat itu.
Marwan mengirim beberapa petugas menanyakan kepada
Sa’id tentang tuduhan wanita tersebut. Sahabat
Rasulullah ini merasa prihatin atas tuduhan yang
dituduhkan kepadanya. “Dia menuduhku menzaliminya
(merampas tanahnya yang berbatas dengan tanah saya).
Bagaimana mungkin aku menzaliminya, padahal aku
telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Siapa yang
mengambil tanah orang lain walaupun sejengkal, nanti di
hari kiamat Allah akan memikulkan tujuh lapis bumi
kepadanya.’ Ya Allah, dia menuduhku menzaliminya.
Seandainya tuduhannya itu palsu, butakanlah matanya
dan ceburkan dia ke sumur yang dipersengketakannya
denganku. Buktikanlah kepada kaum Muslimin sejelas-
jelasnya bahwa tanah itu adalah hak hamba dan bahwa
hamba tidak pernah menzaliminya,” kata Sa'id.
Tidak berapa lama kemudian, terjadi banjir besar yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Maka terbukalah tanda
batas tanah Sa’id dan tanah Arwa yang mereka
perselisihkan. Kaum Muslimin memperoleh bukti, Sa’id-
lah yang benar, sedangkan tuduhan wanita itu palsu.
Hanya sebulan sesudah itu, wanita tersebut menjadi buta.
Ketika dia berjalan meraba-raba di tanah yang
dipersengketakannya, dia pun jatuh ke dalam sumur.
Abdullah bin Umar berkata, “Memang, ketika kami masih
kanak-kanak, kami mendengar orang berkata bila
mengutuk orang lain, ‘Dibutakan Allah kamu seperti
Arwa.”
Peristiwa itu sesungguhnya tidak begitu mengherankan.
Karena Rasulullah SAW pernah bersabda, “Takutilah doa
orang teraniaya. Karena antara dia dengan Allah tidak ada
hijab (batas).” Apa lagi kalau yang teraniaya itu adalah
salah seorang dari 10 sahabat Rasulullah yang telah
dijamin beliau masuk surga, Sa’id bin Zaid.
Red: Chairul Akhmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar