Kamis, 16 Februari 2012

petani n pohon durian

Seorang petani tua dengan susah payah
mencangkuli tanah di halaman rumahnya untuk
membuat lubang. Orang-orang yang lewat,
sebagian besar hanya untuk basa-basi, tetapi ada
yang memang serius bertanya : “lagi membuat apa
pak ?”. Si petani menjawab : “Ini, lagi pingin
menanam durian !”. Si penanya menjadi penasaran,
bertanya lagi : “Durian kan perlu waktu lama untuk
berbuah ?” , petani tua tersebut maklum dengan
pertanyaan ini - dalam benaknya dia menebak si
penanya pasti mengira bahwa dia menanam durian
ini untuk dirinya sendiri - dengan usia yang dimiliki
si petani, dia sadar bawa kecil kemungkinannya dia
bisa menikmati buah durian yang dia tanam
tersebut.
Lantas dia menjawab “begini, sampai setua ini – aku
menggemari buah durian, tetapi semua durian yang
aku makan selama ini adalah hasil tanaman orang
lain. Maka kini giliranku untuk menanam durian,
agar orang lain nantinya bisa memakan durian hasil
dari tanamanku ini !”.
Petani tua tersebut adalah representasi dari kita
semua. Banyak sekali kenikmatan dan kemudahan
hidup yang kita nikmati, tanpa kita pernah sadari
siapa-siapa yang dijadikan oleh Sang Pencipta untuk
mengantarkan kemudahan dan kenikmatan hidup
itu sampai ke kita ?.
Siapa yang menanam padi yang kemudian menjadi
nasi yang kita makan ?, siapa yang mengambil air
bersih, memurnikannya dan membotolkannya
untuk kita minum ?. Siapa yang membuat roda itu
bulat, yang dengannya kita bisa bepergian cepat
kemana saja tanpa susah payah ?. dlsb.dlsb.
Seperti petani tua tersebut, selama ini kita
menikmati ‘durian’ hasil tanaman orang lain, lantas
kapan kita menanam ‘durian’ untuk dinikmati orang
lain ?.
Itulah esensinya seorang entrepreneur. Dari waktu
ke waktu dia berpikir keras untuk menghasilkan
produk-produk yang dibutuhkan pasar. Dia mencari
solusi atas masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat. Dia ‘mencangkul dengan susah payah’
untuk mempersiapkan ‘tanaman’ dari produk atau
solusi yang digagasnya. Dia menanggung risiko
bahwa tidak semua ‘tanaman’ yang ditanamnya
dengan susah payah tersebut akhirnya bener-bener
hidup dan menghasilkan buah yang diharapkannya.
Karena sedikitnya orang yang ‘menanam’ di negeri
yang berpenduduk sekitar 240 juta ini, maka kita
menjadi pasar bagi penduduk di negeri lain yang
rajin ‘menanam’-nya. Kita menjadi net importer
untuk sejumlah komoditi pangan sehari-hari kita
seperti gula, susu, daging, gandum dan bahkan juga
kadang beras dan garam !.
Juga untuk kebutuhan sekunder atau bahkan tersier
seperti alat-alat telekomunikasi, transportasi,
entertainment dlsb. kita juga menjadi pasar yang
empuk bagi para ‘penanam’ dari negeri-negeri lain.
Maka seharusnya kita seperti petani tua tersebut
diatas, selama ini kita sudah terlalu banyak ‘makan
durian’ tetapi bukan dari hasil jerih payah kita
menanam – ‘durian’ hasil tanaman orang lain yang
kita makan.
Kini waktunya kita menanam ‘durian-durian’
tersebut untuk kita makan sendiri ataupun agar
orang lain nantinya bisa makan ‘durian-durian’ kita.
‘Durian-durian’ yang menjadi peluang kita untuk
‘menanam’-nya ini dapat berupa :
· Pendidikan yang bagus untuk anak cucu kita
agar nantinya umat ini menjadi umat yang
unggul, yang memberi manfaat untuk orang
lain dan bukan menjadi beban bagi orang lain…
· Menanam betulan untuk produk-produk
pertanian dan peternakan unggul, agar umat
ini dapat mandiri dalam hal kebutuhan
pokoknya yaitu pangan…
· Mengembangkan dan memproduksi produk-
produk yang ramah lingkungan agar generasi
yang akan datang tetap dapat menghirup
udara bersih dan memperoleh air yang tetap
layak minum…
· Mengimplementasikan system hukum yang
adil agar perbuatan yang benar yang
terlindungi, bukan yang membayar yang
terlindungi…
· Mengembangkan temuan-temuan teknologi,
agar hidup umat menjadi lebih berkwalitas –
dan bukan menjadi sasaran eksploitasi umat
lain yang menemukan dan mengembangkan
teknologi lebih unggul…
· Dlsb.dlsb.
Dibandingkan umat lain yang ‘menanam’ hanya
untuk tujuan komersial, sesungguhnya kita
mestinya lebih rajin menanam dalam arti yang
sesungguhnya – karena kita tetap diperintahkan
menanam ketika proses kiamat telah mulai –
artinya menanam ini pekerjaan yang valid sampai
hari kiamat.
Dalam arti kiasan, ‘menanam’ untuk memenuhi
kebutuhan saudara-saudara kita yang lain –
kebutuhan apa saja yang baik , juga sangat didorong
untuk dilakukan oleh umat ini. Dalam sahih Bukhari,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya,
tidak di dzaliminya dan tidak menyerahkannya
kepada musuh, barang siapa yang memenuhi
kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi
kebutuhannya”.
Saudara-saudara muslim kita sekarang banyak yang
lagi terdzalimi dalam bentuk harus memenuhi
kebutuhannya dengan mahal dan bahkan
sebagiannya tidak terjangkau, sebagian yang lain
di-‘serahkan’- ke musuh dalam arti harfiah dan lebih
banyak lagi dalam arti kiasan, maka mengapa tidak
kita mulai mau dengan susah payah ‘mencangkul’
untuk menanam ‘durian’ dalam berbagai bentuknya
yang dibutuhkan oleh saudara-saudara kita ?.
Dengan ‘menanam’ tersebutlah insyaAllah kita juga
bisa berharap pada janji Allah, bahwa Allah akan
memenuhi kebutuhan kita !. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar