Kamis, 16 Februari 2012

Touchstone . .

Batu uji atau dalam bahasa Inggris disebut
touchstone secara harfiah adalah batu hitam
bersilicon yang selama ribuan tahun digunakan oleh
orang-orang jaman dahulu untuk menguji
kemurnian emas, perak dlsb. Batu ini bisa diperoleh
di pantai, tetapi jumlahnya tidak banyak. Di antara
jutaan batu yang tergeletak di pasir pantai – orang
harus mencarinya dengan teliti untuk bisa
menemukan satu atau dua batu yang bener-bener
batu uji. Lantas bagaimana orang dahulu bisa
membedakan batu uji dengan batu biasa ?, dengan
cara menyentuhnya !
Bila batu biasa disentuh tangan - dia tidak terasa
apa-apa, suhunya mengikuti suhu udara sekitarnya.
Bila udara luar dingin dia ikut dingin, bila panas dia
ikut panas. Batu uji berbeda, dia mampu
menyimpan panas – jadi kalau dipegang dia akan
terasa lebih hangat dari jutaan batu lainnya.
Bedanya sangat tipis sehingga hanya tangan-tangan
yang terlatih yang tahu mana batu biasa dan mana
yang batu uji.
Orang dahulu mencari batu uji dengan cara berjalan
di pantai sore hari dan mengambil batu satu per
satu. Dirasakannya batu tersebut di tangannya, bila
tidak terasa hangat langsung dibuang batu tersebut
ke laut. Tidak dikembalikan lagi ke pantai karena
bila demikian batu biasa yang sama akan bisa
keambil lagi oleh dia atau oleh pencari batu uji
lainnya.
Masalahnya adalah karena peluang menemukan
batu uji ini kecil sekali, para pencari batu uji yang
tidak berpengalaman akan sering tidak sabar.
Diambilnya batu di pantai, dirasakan sebentar
langsung dia buang ke laut – demikian seterusnya
semakin lama semakin cepat. Gerakannya yang
terlalu cepat ini membuat dia tidak sepenuhnya bisa
merasakan perbedaan suhu antara batu biasa
dengan batu uji, walhasil ketika sudah mengambil
ribuan batu dan melemparnya dengan cepat ke laut
– dia akan pulang dengan tangan hampa karena
tidak menemukan satu batu uji-pun.
Sebenarnya diantara ribuan batu yang dia ambil dan
lempar ke laut tersebut, sangat bisa jadi beberapa
adalah batu uji. Hanya karena tangan dia tidak
terlatih dan tidak sabar untuk mendeteksi
perbedaannya, dia tetap melempar batu uji ke laut.
Proses membangun usaha atau menjadi
entrepreneur adalah mirip dengan proses pencarian
batu uji ini. Di antara beribu peluang usaha yang
ada di depan mata kita, tidak semuanya baik atau
cocok untuk kita. Kita harus mencarinya dengan
telaten, tidak buru-buru tetapi juga tidak lelet.
Bila kita buru-buru maka dua kemungkinannya, kita
salah mengambil ‘batu biasa’ kita kira ‘batu uji’ –
atau sebaliknya, kita sebenarnya sudah bersentuhan
dengan ‘batu uji’ tetapi terlalu cepat ‘membuangnya
ke laut’.
Bila kita lelet-pun ada dua kemungkinannya, ‘batu
uji’ yang sebenarnya untuk kita kedahuluan orang
lain yang mengambilnya. Atau kita sangat telat
menemukan ‘batu uji’ tersebut sehingga peluang
terbaiknya telah berlalu bersaaman dengan waktu.
Lantas bagaimana para pencari batu uji
mengembangkan skills-nya sehingga bisa
menemukan batu uji dengan cepat dan tidak
sampai membuangnya ke laut ?, teknik kuno yang
sederhana adalah melakukannya dengan cara buka-
tutup mata. Dia membuka matanya ketika berjalan
dan mengambil batu, kemudian segera menutup
matanya bila batu sudah ditangan. Ketika dia
memejamkan matanya tersebutlah dia bisa focus
pada indera perasa di tangannya sehingga
perbedaan suhu yang sangat kecil-pun dapat dia
rasakan.
Demikian pula halnya ketika kita memilih usaha
yang akan kita tekuni, kita juga harus fokus
menggunakan mata hati kita untuk bisa bener-
bener merasakan mana –mana peluang yang untuk
kita, dan mana-mana peluang yang tidak untuk kita.
Keterampilan menggunakan mata hati untuk
mendeteksi peluang ini akan melengkapi
keterampilan lainnya sehingga kita tidak sampai
membuang ke laut ‘batu uji yang sudah sempat
mampir di tangan kita’. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar